Tren menarik yang terjadi selama pandemic adalah bahwa jarak sosial telah menghancurkan batas-batas sosial. Rumah - tempat paling pribadi dan terlindungi bagi sebagian besar masyarakat - tiba-tiba berubah menjadi tempat konferensi dan penyiaran online untuk orang lain.
Dalam bahasa popular fenomena itu disebut sebagai cocooning , kondisi ketika seseorang tinggal di dalam rumah, terisolasi dari bahaya yang dirasakan.
Kini sudah hampir tiga bulan masyarakat berada dalam situasi pandemik. Pandemik menciptakan The New Coconing, situasi yang digambarkan dengan fenomena orang mencari tempat tinggal baru karena situasi tumah dirasakan sudah tidak memuaskan.
Istilah ini diciptakan pada tahun 1981 oleh Faith Popcorn, seorang predictor trend dan konsultan pemasaran. Ini digunakan dalam ilmu sosial, pemasaran, pengasuhan anak, prakiraan ekonomi, swadaya, agama, dan telah menjadi bagian dari bahasa Inggris standar sebagaimana didefinisikan oleh banyak kamus.
Dalam artikel yang berjudul "Lounge Wear for Cocooning" New York Times tahun 1989 menggambarkan tren di antara banyak perancang kelas atas, termasuk Ralph Lauren, Bob Mackie, Giorgio Armani dan Valentino, untuk membuat pakaian untuk digunakan di rumah yang lebih bergaya daripada pakaian tidur tetapi kurang formal daripada pakaian olahraga.
Yang perlu dicatat, dalam konteks tersebut, tidur bukan intinya. Inti sebenarnya adalah rayuannya. Kepompong disini bermakna sebagai sebuah mimpi.
Ketika semua orang bekerja, semua orang lelah, semua orang hanya ingin pulang dan menonton TV 48 inci, mereka mencari ketenangan dan menyelinap ke dalam sesuatu yang nyaman, serta bergabung bersama keluarga dalam rumah yang nyaman.
Tahun 1991, The Popcorn Report menggambarkan kepompong sebagai dorongan untuk masuk ke dalam – kepompong atau dalam kasus sekarang adalah rumah -- ketika situasi atau kondisi di luar sangat sulit dan menakutkan. Tujuannya adalah untuk menjaga keselamatan dari “bahaya” di sekitarnya.
Mereka berusaha untuk tidak berada di bawah pengaruh buruk dari situasi yang tidak dapat diprediksi – seperti pelecehan dan penyerangan alankan keseluruhan dari pelayan kasar dan polusi suara hingga crack-crime, resesi dan AIDS.
Dengan kalimat lain, cocooning adalah tentang isolasi dan penghindaran, perdamaian dan perlindungan, kenyamanan dan kontrol - semacam hyper-nesting.
Krisis biasanya diikuti oleh kondisi "Cocooning." Konsumen kembali ke tempat di mana mereka merasa paling aman – yakni rumah dan keluarga. Tetapi ketika karantina yang diperpanjang dan wajib kemungkinan akan mengubah keadaan pikiran seseorang menuju kepompong. Mereka mencari kepompong baru.
Mempertimbangkan untuk melakukan pencarian pengalaman yang bebas stres, namun tetap memiliki tujuan dan upaya masyarakat. Mereka lalu menciptakan atau mencari "kepompong baru."
Seperti mahluk lain yang secara bertahap memperluas lingkaran, mencari kenyamanan dalam menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dan teman-teman dalam pengaturan baru yang dipilih dengan cermat bukan tinggal di rumah melainkan di luar.
Apakah itu berarti ada peluang bisnis? Salah satunya adalah staycation. Istilah ini pertama kali muncul tahun 2003 saat Amerika Serikat mengalami krisis keuangan.
Menurut Google Dictionary, staycation adalah liburan yang dilakukan di negara sendiri. Bukan di luar negeri, atau liburan yang dilakukan di rumah dan melibatkan perjalanan ke atraksi-atraksi lokal yang berada di sekitar area tempat tinggal.