MERANCANG NYALI

Langkah pertama hanya melihat ular dari balik kaca. Setelah itu, peserta didorong untuk mendekat beberapa langkah. Lalu duduk di ruangan yang sama. Hingga akhirnya, setelah serangkaian keberhasilan kecil yang terkumpul, mereka bisa menyentuh ular dengan tenang.

Bukan karena rasa takut itu hilang begitu saja, tapi karena mereka secara bertahap belajar bahwa mereka bisa menghadapinya.

Di Stanford d.school, para murid tidak langsung mengerjakan proyek besar. Mereka diberi tantangan-tantangan kecil—seperti mendesain ulang pengalaman memberi hadiah atau menyusun ulang rutinitas perjalanan ke tempat kerja. Mereka tidak hanya dilatih untuk memecahkan masalah, tapi juga untuk menghadapi kegagalan dengan kepala tegak.

Inilah nyali sejati: nyali untuk rapuh di ruang terbuka, untuk berkata, "Saya belum bisa," tapi tetap mencoba. Nyali bukan berarti tak takut, tapi berani walau takut.

Dalam proses itu, Kelley bersaudara menciptakan lingkungan yang disebut zona aman untuk gagal. Mereka tidak memulai kelas dengan kuliah panjang, tapi dengan tantangan nyata.

Mereka percaya bahwa semakin cepat seseorang gagal, semakin cepat pula ia belajar. Itulah sebabnya mereka lebih suka murid menyelesaikan banyak proyek kecil daripada satu proyek besar—karena setiap kegagalan kecil memberi ruang untuk tumbuh.

Cerita paling sederhana tapi menyentuh dalam buku mereka berasal dari John “Cass” Cassidy. Dalam _Juggling for the Complete Klutz,_  Cass mengajarkan juggling bukan dengan melempar tiga bola sekaligus, tapi dengan satu langkah awal: _“The Drop.”_

Ia meminta kita melempar semua bola dan membiarkannya jatuh. Lagi dan lagi. Tujuannya? Membuat kegagalan jadi sesuatu yang biasa, bukan menakutkan.

Karena ketika kita tidak lagi takut menjatuhkan bola, kita lebih berani mencoba lagi. Dan ketika kita lebih berani mencoba, kita mulai belajar. Dan dari situlah kepercayaan diri tumbuh—bukan dari keberhasilan pertama, tapi dari kegagalan ke-20 yang akhirnya bisa dilewati.

Inilah makna terdalam dari merancang keberanian. Keberanian adalah keterampilan yang bisa dipelajari. Dan seperti Walt Disney, Rowling, dan Schultz, kita semua bisa menumbuhkannya—dengan satu syarat: kita punya nyali untuk memulai, bahkan jika itu berarti menjatuhkan bola untuk yang kesekian kalinya.

DAFTAR PUSTAKA

Gabler, N. (2006). Walt Disney: The triumph of the American imagination. Knopf.

Kelley, T., & Kelley, D. (2013). Creative confidence: Unleashing the creative potential within us all. Crown Business.

Rowling, J. K. (2013). Very good lives: The fringe benefits of failure and the importance of imagination. Little, Brown and Company.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)