Delapan Perubahan Besar Branding Yang Wajib Dipahami Advertiser

Seringkali, para perancang content berkonsentrasi mencari keunikan dan jalan pintas untuk mendapatkan perhatian, namun gagal di persoalan membangun pesan yang tepat. Jika ini terjadi, sebuah program bisa digemari, tapi bisa gagal memenuhi target brand campaign bahkan gagal diidentikan dengan program branding sebuah brand.

Bagaimana pendapat Anda dengan penjelasan kebangkitan crowd culture? Apa kaitannya dengan penjelasan bahwa pada post advertising era, iklan tidak bisa lagi dibuat sekadar untuk placement di media. Kreativitasnya harus kovergen, bisa dieksekusi di berbagai kanal?

Pertama persoalan crowd culture, phenomena ini terjadi karena publik telah menjadi produsen informasi dalam skala massif. Mereka bukan hanya memroduksi informasi, tapi juga menjadi pemilik media dan memiliki massa dalam segmen-segmen yang beragam.

Tidak ada lagi rezim informasi yang menguasai informasi, yang mengendalikan informasi dan mengarahkan sebuah trend adalah crowd. Brand, bahkan harus merespon dan mengadopsi arus crowd culture ini. Landscape ini, secara cepat mengubah disiplin branding menjadi disiplin yang kompleks dan bergerak secara intens melibatkan massa.

Di saat itu, Advertising melakukan redefinisi, melakukan banyak perubahan bisnis model, berkonsolidasi dengan disiplin-disiplin lain, menggunakan teknologi secara intens di waktu yang sama meletakkan manusia dan konteks sosial secara kuat.

Ada yang menamakan secara provokatif sebagai Post Advertising Era, saya secara moderat menafsirkan sebagai peristiwa transformasi bisnis yang menarik untuk diikuti. Justru karena Advertising menemukan interaksinya yang intens dengan disiplin-disiplin lain. Salah satu kenyataan yang harus dihadapi advertising adalah kenyataan tentang Crowd Culture.

Dari gambaran yang ada, kampanye-kampanye pemasaran yang humanistic akan efektif untuk mencapai tujuan brand, tidak hanya untuk awareness, bahkan untuk tujuan penjualan. Bagaimana Anda menanggapi hal itu?

Human centric approach akan selalu menjadi acuan utama para pengelola brand. Persoalannya adalah, Human Centric menyaratkan proses yang tidak mudah. Alhasil, yang terjadi adalah Human Centric sering menjadi jargon, namun banyak yang gagal mempraktekkan, lebih karena ketidaksabaran mengikuti proses, menganggap pesan yang dibangun tidak straight forward, keengganan berinvestasi di data-data anthropologis, melihat conversationmanagement sebagai asesoris belaka atau menilai program-program engagement hanya sebagai event sesaat.

Thesis utama Human Centric Approach adalah meletakkan manusia dan kemanusiaan sebagai core value dalam pengembangan brand. Brand, akan ditempatkan sebagai elemen sosial, berinteraksi dalam logika sosial, dibicarakan dalam dialog sosial, disebarkan sebagai konten sosial dan dengan sendirinya akan masuk dalam relevansi sosial. Brand berkembang secara organik dan membangun dirinya sendiri dalam logika non-transaksional.

Ketika dipertemukan dengan berbagai macam consumer insights, setiap brand selalu memiliki irisan-irisan kemanusiaan, irisan-irisan itu seringkali berupa insight paling dalam yang bisa dikembangkan secara positif oleh brand, bukan hanya untuk tujuan-tujuan marketing sesaat tapi juga untuk memelihara umur brand dalam jangka waktu yang lama.

Berikan tips atau strategi menciptakan kreativitas Branding Di era media sosial?

Sebuah data yang dirilis pada tengah tahun 2017 tentang bagaimana brand seharusnya tampil di social media menunjukkan temuan yang menarik. Publik menganggap sebuah brand adalah sosok manusia yang harus berinteraksi dalam empat sifat utama: Honest, Friendly, Helpful dan Funny!.

Sebaga sebuah clues, data sederhana itu menunjukkan media sosial adalah ruang besar pergaulan yang menempatkan brand untuk berhubungan secara intens bukan dalam rangka transaksi, tapi dalam kerangka relationship. Dan itu prinsip yang paling utama dalam kampanye di tengah-tengah maraknya crowd culture. *

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)