Kenapa Harus Co-Branding?

Co-Branding

Di kalangan optimistis, satu ditambah satu, sangat mungkin menjadi enam, tujuh, delapan, bahkan sepuluh sekalipun. Jawaban 1 + 1 = 2 dianggap kuno dan cuma memperlihatkan ketidakpedean hingga hanya berani bersandar pada aturan normatif belaka.
Dalam dunia pemasaran, padanan serupa juga ada. Yakni, jika dua merek disatukan --lebih ngetop disebut co-branding-- konon hasilnya bisa tidak sama. Buat mereka yang berusaha seadanya, barangkali hasilnya hanya kelipatan dua saja. Namun, bagi yang bersedia bekerja ekstra keras, sangat mungkin terjadi, mendapatkan hasil jauh berlipat-lipat.
Yang pasti, dikatakan Rhenald Kasali, doktor dalam bidang Consumer Sciences - Business Administration pada University of Illinois di Urbana Champaign, Amerika dan profesor di Universitas Indonesia, co-branding harus dapat meningkatkan nilai tambah, entah berupa asosiasi baru yang positif, diferensiasi produk yang lebih cespleng, kepercayaan konsumen yang lebih bagus karena kepastian terhadap kualitas yang lebih besar, atau bahkan diperoleh strategi-strategi pemasaran baru, seperti jalur distribusi baru, produk baru, dan sebagainya.
Dua hal: memiliki diferensiasi produk dan mendapat kepercayaan konsumen, pasti diincar oleh setiap pemilik merek. Siapa tidak ngiler dengan identifikasi segamblang itu? Masalahnya, untuk mencapai sukses co-branding, juga tidak mudah. Karena selain melibatkan pihak lain, perlu taktik jitu agar tidak terjebak pada kerjasama alakadarnya.
Pengalaman Intel (microprocessor) yang sukses melakukan co-branding dengan hampir semua merek komputer ternama (Compac, IBM, Dell, Acer, dsbnya) adalah contoh tentang cerdiknya membaca situasi. Dulu, sekitar tahun 1991, seperti diceritakan Rhenald Kasali, gebrakan Intel sebenarnya kurang mendapat sambutan positif. Pasalnya, Intel belum merupakan merek ternama, sehingga posisi kerjasamanya menjadi lebih lemah.
Tapi, Intel tahu diri. Menyadari posisinya yang masih rendah, ia mau memberikan anggaran iklan bersama, sebesar 3-5% (dari sales) kepada mitranya: IBM, Compac, Gateway, Dell, dan yang lainnya. Yang penting, mereka harus memasang logo 'Intel Inside' di iklan, produk, dan kemasan.
Hasilnya ternyata di luar dugaan. Dengan anggaran kampanye $ 100 juta per tahun, dalam waktu setahun (1992), penjualan meningkat 62%, pengenalan konsumen terhadap Intel melonjak dari 46% menjadi 80% di seluruh dunia, serta 90 ribu halaman iklan dalam 18 bulan melahirkan tak kurang dari 10 juta eksposur.
Jadi, sebelum memulai kerjasama, perlu kenal dulu siapa dirinya dan mengapa membutuhkan mitra kerjasama. Dalam hal ini, Rhenald Kasali mengakui, kebutuhan menjalin aliansi antarmerek memang baru dirasakan belakangan ini, ketika pemilik merek merasakan jalan di tempat alias tidak maju-maju. Gebrakan co-branding, siapa tahu dapat mendongkrak penjualan yang secara umum memang tengah kembang kempis.
Di Amerika saja, menurut Rhenald, baru tahun 1990-an, co-branding mulai menarik perhatian, yakni karena meningkatnya penggunaan kartu-kartu kredit co-branded, seperti airlines, perusahaan telekomunikasi, dllnya. Hal itu yang mendorong Mastercard, umpamanya, memiliki 551 program co-branded, yang meliputi 43% dari total kartu.
Pekan ini, Baidu Inc., perusahaan teknologi dan pengembang aplikasi asal Tiongkok, mengumumkan kerja sama di bidang pemasaran dengan salah satu penyedia layanan e-commerce terbesar di Indonesia, Lazada.
Siaran pers Baidu menyebutkan, Baidu menyediakan ruang khusus bagi Lazada Indonesia di halaman muka Baidu Browser,untuk memudahkan para pengguna perangkat mobile berbasis Android mengakses dan merasakan pengalaman baru berbelanja online di Lazada.
Sebagai wujud dukungannya, Lazada menyediakan halaman “Baidu Special” yang dapat diakses melalui ikon Lazada pada aplikasi Baidu Browser. Halaman ini menampilkan beragam produk dengan penawaran khusus yang dapat dinikmati oleh para pengguna Baidu Browser di Indonesia.
“Kami berharap dapat memberikan pengalaman berbelanja yang lebih mudah dan menarik kepada para pengguna Baidu Browser di Indonesia,” ujar Bryan Lee, Country Business Development Baidu Inc. di Indonesia seperti dikutip Antara.
Andry Huzain, SVP Marketing & Business Development, Lazada Indonesia mengatakan “kami percaya bahwa kerja sama kami dengan Baidu akan membawa kemudahan bagi para pengguna Baidu dan juga Lazada, dengan memberikan pengalaman belanja yang tidak ribet,” ujar
Selain menempatkan ikon Lazada pada halaman muka Baidu Browser, Baidu juga mengakomodasi kebutuhan berbelanja para pengguna PC dengan menempatkan ikon Lazada pada “hot area” di halaman muka situs Hao123 (http://id.hao123.com). Para pengguna Hao123 dapat mengklik ikon tersebut untuk langsung masuk ke website Lazada Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)