Riset internal Midea menunjukkan bahwa 8 dari 10 pengunjung toko elektronik melakukan impulse buying dalam melakukan pembelian produk elektronik. Salah satu faktor pemicunya adalah promosi yang tengah berlangsung di toko.
MIDEA - Tahun 2012 lalu, dengan pendapatan Rp 200 miliar, Midea telah menggelontorkan Rp 20 miliar untuk belanja marketing komunikasinya.
Pola konsumsi seperti itulah yang meebuat Midea Indonesia memutuskan untuk lebih banyak melakukan upaya marketing komunikasinya di area toko. Antara lain, lewat program promosi dan display di toko. "Tahun ini, bujet marketing komunikasi (markom) Midea Indonesia terhadap total penjualan mencapai 10 persen atau sekitar Rp 40 miliar. Dan, porsinya akan lebih besar untuk aktivasi di toko," ungkap Jino Sugianto, President Director Midea Electronics Indonesia.
Tahun 2012 lalu, dengan pendapatan Rp 200 miliar, Midea telah menggelontorkan Rp 20 miliar untuk belanja marketing komunikasinya, atau 10 persen dari total pendapatan. "Selain melalui display, kami akan aktif menggelar demo product lewat kegiatan cooking demo bertema kesehatan. Hak ini terkait dengan rangkaian small home appliances yang baru kami luncurkan pada awal Maret ini," Jino menuturkan.
Rangkaian produk small home appliances tersebut antara lain, rice cooker, induction cooker, E-pressure cooker, microwave oven, water heater, dan air cooler. "Semua produk baru tersebut akan dilempar ke pasar Indonesia dengan harga yang sangat kompetitif, namun dengan mutu kelas dunia," tutup Jino.
Pada bagian lain, Wakil Presdir Grup Midea Andy Gu mengatakan bahwa Midea serius menjajaki investasi untuk membangun pabrik di Indonesia, seiring transformasi menjadi perusahaan global. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat pesat, kami yakin pada negeri ini. Kami serius akan mendirikan pabrik di Indonesia," kata Andy, usai pertemuan dengan jaringan dealer di Bandung, Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan kemungkinan itu sangat besar mengingat Indonesia merupakan pasar yang besar dengan penduduk yang banyak.
Apalagi, menurut dia, Midea tengah bertransformasi menjadi perusahaan global dengan membuka pabrik di luar negeri khususnya di negara-negara BRIC dan ASEAN. "Kami berusaha menjadi pemain lokal di setiap negara. Jadi kami banyak membangun pabrik di luar China," katanya.
Saat ini di ASEAN, Midea, kata Andy, telah memiliki dua pabrik di Vietnam. Sementara di kawasan lainnya, Midea memiliki pabrik di Belarus, Mesir, India, Brazil, Argentina. "Bila penjualan Midea di Indonesia terus meningkat, seperti di Brazil dan India, maka kami akan segera membangun pabrik di sini," ujar Andy.
Ia menjelaskan kebijakan Midea membangun pabrik di luar negeri, juga seiring dengan biaya produksi di China yang semakin mahal, karena biaya hidup yang semakin tinggi.
Saat ini Midea memiliki 17 pabrik di China dan tujuh pabrik di luar negeri. Jino menambahkan sejak Midea memasarkan produknya di Indonesia tahun 2010 sampai 2012 lalu terjadi pertumbuhan penjualan yang pesat. "Pada 2012 penjualan kami hampir menembus Rp200 miliar dan tahun ini Rp400 miliar," ujarnya.
Ia menargetkan pada 2015 penjualan Midea menembus angka Rp1,5 triliun. Pada 2011 penjualan Midea naik 583 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan pada 2012 naik 161 persen.
"Pada saat itu sangat dimungkinkan Midea investasi membangun pabrik di Indonesia, dengan pabrik AC terlebih dahulu misalnya, seperti di Vietnam," ujar Jino. Apalagi AC selama ini memberi kontribusi 49 persen penjualan Midea di Indonesia.