Tahun 2009 PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan perubahan yang sangat menonjol melalui berbagai inovasi dan perbaikan layanan yang berhasil mengubah wajah perkeretaapian Indonesia. Sepuluh tahun kemudian (2019), PT KAI memperbarui visi dan misinya agar Badan Usaha Milik Negara ini selalu relevan dengan perkembangan zaman. Perjalanan PT KAI ini tertuang dalam buku Brands Journey, from Zero to Hero yang diterbitkan SWA Media Publishing baru-baru ini.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa perubahan yang fenomenal dalam 10 tahun sejak 2009 tersebut dilakukan melalui transformasi menyeluruh secara internal maupun eksternal. Dari sisi internal, perusahaan menerapkan budaya baru dalam perusahaan melalui sitem kerja yang lebih modern dan efisien. Kedisiplinan ditegakkan dan kesejahteraan karyawan ditingkatkan.
Sementara dari sisi eksternal, transformasi KAI dimulai dengan membenahi berbagai pelayanan kepada para pengguna jasa kereta api di Indonesia. Beberapa transformasi yang dilakukan di antaranya pemberlakuan sistem boarding, kapasitas penumpang 100%, larangan merokok di stasiun dan di dalam kereta, larangan pedagang asongan di stasiun dan di dalam kereta, fasilitas stasiun yang semakin lengkap, perluasan peron dan tempat parkir stasiun, serta sistem penjualan tiket yang semakin modern.
Dari sisi infrastruktur, perubahan besar juga terjadi. Salah satunya, semua kereta dilengkapi penyejuk udara, termasuk untuk kelas ekonomi. Lalu dari segi akses, sistem boarding pass dan penjualan tiket secara online berhasil menghilangkan praktik percaloan yang mendarah daging. Tak hanya perubahan fisik, PT KAI juga terus membenahi tingkat ketepatan waktu berangkat dan tiba kereta. Di beberapa Daop, ketepatan waktu bahkan mencapai 98%-99%.
Dengan perubahan yang terus menerus atau secara kontinyu, laba bersih PT KAI terus meningkat. Hanya berselang tiga tahun setelah program transformasi dicanangkan, pada 2012 KAI berhasil membukukan margin hingga Rp 425 miliar. Jumlah ini jauh meningkat dibandingkan pendapatan pada 2008 yang minus atau merugi hingga Rp 83 miliar.
Sejalan dengan perbaikan yang dilakukan tanpa henti, pendapatan KAI juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sebagai gambaran, pada tahun ke-8 tranformasi (2017), KAI membukukan pendapatan sebesar Rp17,94 triliun. Setahun kemudian, angka ini naik menjadi Rp26,8 triliun. Bahkan pada 2019, sebelum pandemic covid merusak tatanan bisnis, KAI membukukan pendapatan sebesar Rp26,3 triliun.
Pada 2019, KAI menetapkan visi & misi baru sebagai panduan baru bagi perusahaan agar terus bergerak maju selaras dengan perkembangan dan kemajuan yang ada, serta membawa manfaat yang jauh lebih besar bagi Indonesia.
Visi baru KAI adalah menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik untuk Indonesia. Visi ini sejatinya sudah diimplementasikan sejak revitalisasi 10 tahun terakhir, ketika KAI masih menggunakan visi lama sebagai Penyedia Jasa Perkeretaapian Terbaik yang Fokus pada Pelayanan dan Memenuhi Harapan Stakeholders. Namun menghadapi tantangan-tantangan baru, terututama akibat disrupsi teknologi digital yang mempengaruhi perubahan perilaku konsumen dan perubahan lansekap bisnis, KAI merasa perlu mengukuhkan visinya sebagai solusi ekosisten transportasi, dan memperbarui misinya untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut.
Sementara misinya ditetapkan dalam 3 point penting. Pertama menyediakan sistem transportasi yang aman, efisien, berbasis digital dan berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kedua mengembangkan solusi transportasi massal yang terintegrasi melalui investasi dalam sumber daya manusia, infrastruktur, dan teknologi. Dan ketiga, untuk memajukan pembangunan nasional melalui kemitraan dengan para pemangku kepentingan, termasuk memprakarsai dan melaksanakan pengembangan infrastruktur-infrastruktur penting terkait transportasi.