Didirikan pada 2015, Snapcart menyediakan tiga jasa utama, yaitu in-depth, real time, & integrated shopper insights; pelaporan tentang KPI brand secara holistik; serta targeted shopper engagement. Jadi, apabila Anda ingin secepatnya mengetahui mengapa tiba-tiba konsumen berhenti membeli brand Anda, atau apakah kampanye pemasaran Anda betul-betul bisa dikonversi ke dalam penjualan, maka Anda bisa menggunakan jasa Snapcart.
Untuk men-deliver jasanya, perusahaan rintisan ini menggunakan data transaksi shopper yang tertera pada struk belanja yang sangat kaya akan informasi pasar, kompetisi, dan perilaku konsumsi. Snapcart memberikan insentif (berupa cashback) bagi shopper yang bersedia mengirimkan data belanjanya via aplikasi mobile. Saat ini terdapat lebih dari 500 juta shopper yang secara sukarela melaporkan transaksinya melalui aplikasi Snapcart. Selain aplikasi scan struk belanja, Snapcart juga menggunakan aplikasi point-of-sale serta machine learning SKU prediction.
Sejumlah perusahaan besar dari berbagai industri menggunakan jasa Snapcart, di antaranya Unilever, P&G, Netsle, L'Oreal, Mead Johnson, Johnson & Johnson, Fonterra, Nutricia, Wardah, Mayora, Otsuka, Bogasari, Dua Kelinci, Softex, dan Unilab. Snapcart kini melebarkan sayap ke tiga negara, yaitu Filipina, Singapura, dan Brazil.
Snapcart pernah memenangkan penghargaan Accenture Consumer Innovation Award di London pada April 2016. Dia berhasil menyisihkan sekitar 170 aplikasi dari berbagai negara di dunia yang mengikuti kompetisi yang diselenggarakan konsultan bisnis global ini. Pada June 2018 Snapcart dipilih sebagai salah satu dari delapan global startups untuk join dengan Cannes Lions Startup Academy. Snapcart adalah aplikasi yang memungkinkan brands mendapatkan informasi pasar dan consumerbehavior dari struk belanja konsumen. "Kami meng-extract informasi dari offlinepurchase untuk menyediakan real analytics bagi brands," kata Reynazran Royono, founder Snapcart pada satu kesempatan. Sementara dari sisi shoppers, lanjutnya, Snapcart bisa disebut sebagai cash back applications. Jadi, kalau shoppers melaporkan isi keranjang belanjanya dengan meng-upload struk belanjanya via aplikasi Snapcart, dia akan memperoleh poin untuk mendapatkan cashback.
Menurut Rey, sejak diluncurkan pada September 2015, Snapcart sudah berhasil menggaet 500.000 shoppers sebagai panel responden yang mengunduh aplikasi ini, dan 75 brands sebagai partner.
Rey memulai karirnya di P&G Indonesia sehingga dunia riset marketing bagi alumni ITB Jurusan Teknik Industri ini tidak asing. Rey makin memahami kebutuhan brands ketika dia bergabung dengan Boston Consulting Group—setelah sembilan tahun berada di P&G. Rey kemudian juga bergabung dengan Berniaga.com sebelum akhirnya meluncurkan Snapcart pada September 2015.
Rully Gumilar, Business Unit Director Nestle, pada Website Snapcart menulis testimoni bahwa real time insights yang diperoleh dari data struk pembelian para shopper Snapcart dapat diaplikasikan untuk memperkuat program offline dan trade marketing. “Lebih dari itu, Snapcart menawarkan kita kesempatan untuk mempertahankan, menargetkan ulang, dan mengaktifkan kembali shoppers melalui penawaran yang dipersonalisasi,” katanya.