Sedikit mengerem target pertumbuhan pada 2015, Bruno Hasson yakin Sophie Paris akan selamat dalam turbulensi ekonomi kali ini. “Seperti naik pesawat, kami tetap yakin akan sampai ke tujuan dengan aman. Yang penting kencangkan sealt belt,” ucapan CEO dan Founder Sophie Paris itu terdengar penuh optimistis.
Tahun lalu (2014), menurut Bruno, Sophie Paris yang model business-nya Multi Level Marketing (MLM) ini berhasil tumbuh 25% dengan jumlah member sekitar 3 juta. Sepakat bahwa semester pertama tahun ini telah terjadi perlambatan ekonomi yang berat, Bruno realistis menurunkan target pertumbuhan perusahaannya pada angka 20%.
“Memang ada pengaruhnya, tapi sales kami relatif masih stabil dan kami tetap harus optimistis karena masih ada beberapa bulan untuk bergerak,” ujarnya. Saat diminta pendapatnya tentang penyebab krisis kali ini, ia hanya mengangkat bahu.
Bruno mempercayakan survival perusahaannya pada sistem direct marketing yang ia terapkan sejak Sophie Martin (nama awal corporate) didirikan pada 1995. Kekuatan sistem penjualan berjenjang tersebut sudah terbukti saat melewati krisis ekonomi 1998, di mana penjualan Sophie Martin justru meningkat ketika hampir semua jenis bisnis kolaps. Saat itu, jumlah member baru Sophie Martin melonjak dengan pesat dari orang-orang (terutama kaum wanita) yang mengharapkan penghasilan tambahan. Ah, Anda tentu masih ingat, ketika itu ada kabar tentang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal terjadi hampir setiap hari, di berbagai pelosok tanah air. Karena itu, bagi Bruno kondisi sulit seperti ini juga bisa dilihat sebagai bussiness opportunity, baik bagi member (baru maupun lama) maupun bagi corporate.
“Banyak orang susah cari uang, kami tawarkan bussiness opportunity. Sophie adalah solusi karena memberikan diskon 30% untuk member dan barangnya mudah pula dijual karena (desainnya) asli dari Perancis,” promo pria asal Perancis yang baru dua bulan menjadi WNI tersebut. Optimisme Bruno yang lain adalah beberapa peluang yang bisa diambil dari festive season terutama pada momen Ramadhan dan Idul Fitri yang akan datang. Untuk mengambil momentum tersebut, lanjut Bruno, Sophie Paris sudah menyiapkan strategi dengan menambah item produk tanpa menaikkan harga jual. “Festive season akan memberi banyak kesempatan kepada member karena kami akan luncurkan lebih banyak produk dengan harga terjangkau termasuk busana-busana Ramadhan,” tambahnya.
Setelah Lebaran, Bruno mengaku sudah menyiapkan beberapa teknik marketing untuk menyelamatkan kinerja pada semester kedua nanti. Beberapa rencana yang ia bocorkan antara lain memperkuat positioning katalog produk yang selama ini menjadi kekuatan komunikasi Sophie Paris. Sejak akhir tahun lalu, tim marketing Sophie memperpendek live cycle katalog baru (dari 45 hari menjadi 35 hari) untuk mengantisipasi kecepatan trend fashion sekaligus menyalip strategi serupa yang dijalankan para kompetitornya.
Kendati katalog tersebut juga dikomunikasikan secara online, Bruno berpendapat e-commerce cukup menyulitkan untuk sistem direct marketing. Ia mempersilakan member-nya untuk memanfaatkan jalur penjualan secara online, namun korporat sendiri tidak akan melakukan langkah serupa. “Market place online sebenarnya banyak yang merayu, tapi kami tidak akan masuk ke sana karena akan menjadi kompetitor member. Member kami ijinkan untuk jualan di Website, walaupun saya sarankan lebih baik jualan langsung,” ujarnya.
Sophie Paris saat ini memasarkan berbagai kategori item fashion dan beauty. Antara lain tas, dompet, garment, lingerie, alas kaki, aksesoris, jam tangan, kaca mata, ikat pinggang, kosmetik, hair care, skin care, body care, parfume, dan produk pelangsing untuk wanita dan pria. Tahun mereka merambah kategori baru dengan meluncurkan peralatan rumah tangga dengan merek “Sunday” yang dikomunikasikan sebagai alat masak sehat (healthy homeware). Namun kendati brand baru ini mampu memberikan kontribusi 10% dari total omset Sophie Paris, Bruno mengaku untuk sementara akan menghentikan ekspansi bisnisnya. “Ini yang terakhir, kami tidak akan menambah lagi agar member tidak pusing dengan item yang terlalu banyak,” ujarnya. Positioning “Sunday”, lanjutnya, juga akan lebih dipertajam dengan mengurangi itemnya. Namun begitu mereka akan memperkuat desain dan jenis produknya agar lebih unik dan benar-benar memberikan preposisi sebagai healthy product.
Satu lagi yang menjadi harapan Sophie Paris untuk memperbaiki kinerja 2015 adalah channel ekspor yang saat ini memberikan kontribusi sekitar 20% kepada total omset. Selain kantor pusat di Indonesia, Sophie Paris juga memiliki kantor cabang di beberapa negara seperti Filipina (sejak 2003, memiliki lebih dari 100 business center), Maroko (sejak 2008, member sekitar 40.000), Vietnam (sejak 2010) dan Malaysia (2011). Di beberapa negara Timur Tengah, Mesir dan Tunisia, produk Sophie Paris juga beredar kendati melalui sistem penjualan biasa.