marcomm

Bank Indonesia sejak 2014 silam mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) atau cashles society. Pencanangan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, pelaku bisnis, serta lembaga pemerintah agar menggunakan sarana pembayaran nontunai.

Sayangnya, masyarakat belum seluruhnya mendukung GNNT. Rendahnya inklusi keuangan dituding menjadi faktor penyebab masih maraknya masyarakat melakukan transaksi secara tunai. Hingga 2018, menurut data di Bank Indonesia, sekitar 76% transaksi di Indonesia masih didominasi oleh uang tunai. Inilah tantangan yang dihadapi pemerintah sehingga perlu langkah konkret di lingkungan kementerian untuk mewujudkan program GNNT.

Tantangan lain berkait dengan fitur layanan yang disuguhkan produk uang elektronik untuk melakukan transaksi secara non tunai. Kendati saat ini bermunculan berbagai uang elektonik (e-wallet) sebagai instrumen pembayaran, namun tingkat penetrasinya relatif masih rendah karena dianggap belum memberikan nilai lebih (value) sesuai ekspektasi masyarakat.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meluncurkan LinkAja, yakni layanan keuangan berbasis elektronik. Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan LinkAja adalah sistem pembayaran digital yang dikeluarkan lewat sinergi anak usaha Telkomsel yang memiliki produk T-Cash dan tujuh BUMN, yakni bank BRI, BNI, Bank Mandiri, BTN, Pertamina, Asuransi Jiwasraya, dan Danareksa.

“Sebagai hasil dari sinergi berbagai produk keuangan elektronik BUMN, LinkAja memiliki misi untuk memberikan akses layanan keuangan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam rangka mendorong peningkatan inklusi keuangan dan suksesnya GNNT,” ujarnya.

Sementara Danu Wicaksana, CEO LinkAja mengungkapkan, dua tantangan utama dalam meningkatkan inklusi keuangan adalah kebiasaan masyarakat menggunakan uang tunai dan akses terhadap layanan keuangan yang masih terbatas. Oleh karena itu, pihaknya berupaya mengedukasi agar LinkAja semakin dikenal masyarakat. “Tentunya, didukung edukasi tentang keunggulan fitur-fitur LinkAja sehingga masyarakat mau berpindah menggunakan LinkAja dalam bertransaksi sehari-hari,” papar Danu.

Kegiatan edukasi dikemas dalam acara Malam Grand Launching LinkAja bertema “Dari dan Untuk Indonesia” yang digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Minggu akhir Juni lalu. “LinkAja menyasar ke semua segmen masyarakat dengan obyektif event adalah menciptakan brand awareness dan product knowledge di benak masyarakat. ” imbuhnya.

Insight & Activation

Masuk ke Gelora Bung Karno, tempat berlangsung launching LinkAja, pengunjung disambut dengan kehadiran booth-booth BUMN. Hampir semua booth menyuguhkan layanan terkait dengan LinkAja, termasuk demo cara mengaplikasikannya. Terdapat empat experience booth yangmenampilkan fitur dan layanan berdasarkan kebutuhan pengguna, yaitu booth transportasi, layanan finansial, merchant dan produk digital.

Pada area transportasi pengunjung bisa mendapatkan informasi dan pengalaman bertransaksi menggunakan LinkAja di beberapa layanan transportasi seperti kereta api (KAI), Garuda Indonesia, Citilink, Light Rail Transit (LRT) hingga pembayaran nirsentuh di Jasa Marga. Booth ini juga menawarkan pengalaman interaktif kepada para pengunjung melalui simulasi fitur Shake & Scan pada gate LRT Palembang. Tampilan booth tiga dimensi dengan format back to back juga menjadi ajang selfie bagi para pengunjung.

Di area layanan finansial, para pengunjung disuguhi pengalaman untuk mencoba fitur unggulan tarik tunai dengan smartphone melalui ATM yang tersedia di booth. Selain itu, ada pula layanan Instan EKYC (E-Know Your Customer) bagi pengunjung yang ingin melakukan upgrade layanan pada akun LinkAja dari basic service ke fullservice.

Di area merchant, terdapat berbagai informasi cashback untuk setiap transaksi yang menggunakan LinkAja seperti cashback 25% untuk pembelian BBM di Pertamina. Terdapat lebih dari 50 merchant makanan dan minuman yang tersebar di lokasi event dengan beragam promo menarik.