Menghadirkan pembicara pakar dari berbagai perusahaan melalui event “Japanese Seminar Series 2016” merupakan salah satu program berbagi ilmu yang rutin digelar Universitas Budi Luhur. Pada akhir Oktober 2016 lalu, program tersebut memasuki seri ketiga, dengan menghadirkan pembicara pakar Jun Tamura, Chief Representative Mitsui & Co.
Di hadapan 250 mahasiswa S1 dan S2 Universitas Budi Luhur yang hadir, Jun Tamura membawakan materi bertema “360º Business Innovation”. Adalah Dewi Faeni, Ph.D., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Budi Luhur, didaulat menjadi moderator.
Prof. Suparmoko, salah satu senior profesor Universitas Budi Luhur, dalam sambutan pembukaannya memaparkan bahwa Jepang adalah negara miskin Sumber Daya Alam, tetapi dapat berbisnis di seluruh dunia karena memiliki Sumber Daya Manusia yang luar biasa. “Indonesia dikenal dengan Sumber Daya Alam yang sangat kaya, tetapi Sumber Daya Manusianya sangat lemah. Akibatnya, negara Indonesia hidup dari menjual Sumber Daya Alam, yang lama kelamaan akan dapat habis. Untuk itu, Indonesia harus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan menjaga Sumber Daya Alam agar tidak habis,” tegasnya.
Sementara itu, Jun Tamura yang alumnus Sophia University Tokyo dan Harvard University Boston itu menyampaikan bahwa Mitsui & Co. adalah sebuah “Sogo Shosha” atau konglomerasi, yang merupakan salah satu yang terbesar di Jepang. “Mitsui memiliki berbagai macam aktivitas bisnis. Mulai dari menjual produk mie, donut, hingga pesawat ruang angkasa,” urainya.
Saat ini, tambah Jun Tamura, Mitsui beroperasi di 65 negara. Indonesia merupakan negara ke-3 terbesar lokasi aktivitas bisnis Mitsui setelah Brazil dan Chili. Di Indonesia, Mitsui telah ada sejak tahun 1901. Itu artinya, sudah 115 tahun beroperasi di Indonesia. Dalam bidang infrastruktur, sejumlah proyek besar di Indonesia sudah dijalankan Mitsui.
Proyek terbesar pertama Mitsui adalah Power, yaitu pengadaan energi listrik bekerja sama dengan PLN di Paiton, Jawa Timur. Proyek terbesar kedua adalah Port, yaitu investasi dan pengoperasian pelabuhan laut bekerja sama dengan Pelindo dan pelabuhan udara bekerja sama dengan Angkasa Pura. Proyek terbesar ketiga adalah Oil and Gas, yaitu pengadaan terminal LNG dan jalur-jalur pipa minyak Pertamina dan pembangunan atau pengoperasian pabrik dan pengilangan Amonia bekerja sama dengan Pertamina. Proyek infrastruktur terbesar keempat adalah industri Kimia dan Logam Dasar bekerja sama dengan Pupuk Kaltim dan Aneka Tambang. Sedangkan proyek kelima adalah Pembangunan dan Pengoperasian Mass Rapid Transportation (MRT) Jakarta bersama Kereta Api Indonesia. “Masih ada lagi perusahaan lain yang bekerja sama dengan Mitsui. Total jumlah perusahaan Indonesia yang bekerja sama dengan Mitsui adalah 24 perusahaan,” tegas Jun Tamura.
Ketua Panitia Japanese Seminar Series Liza Dwi Ratna Dewi, yang juga dosen Universitas Budi Luhur mengungkapkan bahwa prinsip yang dimiliki Mitsui, yaitu With A Pen, A Paper, A Phone, and We Can Running Business. “Hal itu merupakan semangat kewirausahaan tanpa menuntut fasilitas, yang perlu dicontoh oleh mahasiswa dalam menjalankan bisnis,” harapnya.