39% Organisasi di Indonesia Sudah Mengadopsi Edge Computing

Studi “Tech Research Asia” (TRA) tentang edge computing terhadap 15 Chief Information Officers (CIO) dan 1.100 pimpinan TI (Teknologi Informasi) di Asia Pasifik yang dirilis Schneider Electric menunjukkan bahwa sebagian organisasi di Indonesia menunjukkan bahwa mereka sudah mengadopsi edge computing (39 persen) atau baru mengenalnya tetapi memahaminya (40 persen).

Sementara itu, 72 persen dari organisasi yang telah mengadopsi edge computing mengatakan bahwa manfaat utama dari edge computing adalah pengurangan biaya TI. Sementara manfaat lainnya adalah penurunan biaya operasional (46 persen) dan peningkatan kepuasan pelanggan (34 persen).

“Sejumlah besar organisasi di Asia Pasifik dalam beberapa tahun mendatang akan merasakan kekuatan edge computing. Meskipun tidak semua orang akan menggunakan istilah 'edge', tetapi mereka benar-benar membutuhkan situs dan kapabilitas edge untuk dapat berhasil,” tegas Trevor Clarke, Director TRA.

Dalam hal industri dengan tingkat adopsi tertinggi, sektor pendidikan tinggi menempati urutan teratas, dengan 68 persen organisasi yang disurvei telah mengadopsi edge. Faktor-faktor seperti pandemi global dan model pembelajaran baru telah membuat kolaborasi dan berbagi sumber daya antar lembaga menjadi lebih umum.

Sementara itu, di sektor healthcare, sekitar setengah dari mereka yang disurvei di industri ini menyatakan telah mengadopsi edge computing, dan 80 persennya adalah pengguna yang sudah ada dari beberapa bentuk layanan cloud computing. Penelitian menunjukkan alasan utama pergeseran ini adalah untuk mengatasi masalah bandwidth dan latensi, memenuhi kewajiban terhadap aspek keamanan, dan meningkatkan efisiensi biaya.

Di sektor layanan keuangan, preferensi terhadap komputasi edge cukup tinggi, di mana 63 persen institusi layanan keuangan di Asia Pasifik menyatakan telah mengadopsi edge computing dan hanya 22 persen responden yang mengatakan mereka akan memindahkan setiap beban kerja ke cloud.

“Laporan terbaru dari TRA ini menunjukkan bahwa alasan utama para pemimpin TI mengadopsi edge computing adalah untuk mengatasi masalah bandwidth dan latensi. Hal ini menunjukkan fakta lebih lanjut terkait manfaat yang signifikan dalam menerapkan solusi edge dalam lingkungan bisnis saat ini di mana kecepatan dan efisiensi yang lebih tinggi menjadi keunggulan kompetitif,” tambah Benoit Dubarle, Senior Vice President Asia Timur dan Jepang Schneider Electric.

Fakta lainnya yang dijumpai dari studi ini adalah ada sedikit peningkatan pada perkiraan jumlah data center yang dimiliki dan penggunaan colocation. Sebanyak 21 persen responden berencana membangun infrastruktur baru.

Selain itu, modernisasi data center dan cloud computing adalah prioritas utama untuk 1 dari 2 organisasi di Indonesia. Pembangunan infrastruktur baru masih menjadi fokus dan mengalami pertumbuhan. Namun, pergerakan dalam cloud computing cenderung lebih sedikit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)