Belajar dari Pemenang "Indonesia Best eMark 2018" dalam Merancang e-Marketing

#BPJS Kesehatan

Wahyudin Bagenda, Direktur TI BPJS Kesehatan, juga merasakan manfaat digitalisasi sistem di perusahaannya. Ia menjelaskan, target perolehan premi di perusahaannya tahun ini adalah Rp 80 triliun, tetapi rasio klaimnya melebihi Rp 90 triliun. “Jika tidak ada pengendalian TI, rasio klaim akan lebih besar lagi. TI telah memberikan kontribusi dalam efisiensi operasional dan pengendalian biaya,” ungkap Wahyudin.

Ada beberapa manfaat bagi BPJS dengan adanya TI. Pertama, perusahaan bisa adaptif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan kebutuhan seperti regulasi, proses bisnis, dan faktor eksternal. Kedua, bisa membangun platform asuransi kesehatan sosial yang terintegrasi dengan seluruh stakeholder untuk mengelola Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Ketiga, bisa melakukan disruptive innovation dalam mengefisiensikan proses bisnis jaminan pelayanan kesehatan nasional dalam mengakselerasi transformasi berbasis digital.

#Pegadaian
Perusahaan pelat merah lain yang juga sedang gencar melakukan transformasi adalah Pegadaian. Antara lain, dengan melakukan digitalisasi, yaitu bagaimana caranya agar di era teknologi ini Pegadaian bisa memberikan kemudahan kepada konsumen untuk melakukan transaksi dengan pihaknya. Salah satu langkahnya, dengan menghadirkan platform Pegadaian Digital.

“Ternyata, pencapaiannya sejak diluncurkan 1 April 2018 cukup baik. Artinya, dari sisi pengguna juga pertumbuhannya stabil,” ucap Agus Setiawan, Asisten VP Penjualan Pegadaian.

Selain itu, dengan adanya Pegadaian Digital, bisa didapatkan segmen baru. Secara tradisional, konsumen Pegadaian itu lebih banyak ibu-ibu usia tua. Sementara konsumen yang menggunakan aplikasi tersebut, termasuk untuk melakukan transaksi, didominasi kaum pria dengan umur yang lebih muda.

“Kami melihat adanya keberhasilan dari upaya meregenerasi nasabah dan memperluas segmen pasar kami. Untuk konversi menunjukkan angka yang cukup baik; ada 29% dari pengguna Pegadaian Digital yang konversi menjadi nasabah kami,” Agus menjelaskan.

#Bank BNI
Memang, konsumen muda di era ini menjadi pasar yang potensial digarap. BNI menangkap peluang tersebut dengan meluncurkan Yap! pada 25 Januari 2018. Yap! merupakan fasilitas pembayaran transaksi elektronik dari BNI dengan dana yang bersumber dari kartu kredit BNI, rekening kartu debit, atau rekening uang elektronik (UnikQu) yang dapat diakses menggunakan ponsel pintar berbasis sistem operasi iOS dan Android. Konsep yang dipakai dalam Yap! ini adalah QR-based wallet & payment untuk memudahkan transaksi jual-beli.

Jahja, Manajer Proyek Gugus Tugas Akuisisi Merchant Yap! BNI, melihat generasi milenial mobilitasnya tinggi serta utilisasi terhadap ponsel pintar juga tinggi, dan kebanyakan melakukan transaksi di e-commerce. “Yang kami harapkan dengan adanya Yap! adalah mendorong dan membangun engagement dengan nasabah kami yang relatif generasi milenial,” katanya.

Hasilnya, Yap! baru jalan tujuh bulan, tetapi sudah mempunyai 279 ribu merchant dari potensi yang ditargetkan BNI sebanyak 2 juta merchant. Untuk user-nya, BNI hanya mengambil potensi 4 juta dari customer base BNI yang sebanyak 40 juta. “Jadi, kami hanya ambil 10%-nya. Saat ini baru 300 ribu yang menjadi user Yap!,” ungkap Jahja.

Dari segi transaksi, sudah 4 juta transaksi dengan nilai volume penjualan selama tujuh bulan ini Rp 412,3 miliar. Dan, yang mengendap ke dana pihak ketiga sekitar 35%, yaitu Rp 144,3 miliar. Kemudian fee-based income-nya Rp 705,4 juta, dan net interest income dari dana yang mengendap sebesar Rp 2,39 miliar.

Pages: 1 2 3 4 5

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)