Benarkah Orang Cenderung Bohong saat Disurvei ?

 

 

 

Dalam beberapa hari paska Pilkada orang dikejutkan dengan hasil yang beda antara survey dan quick count. Dalam jajak pendapat atau survey, seorang paslon mendapatkan elektabilitas tinggi, realitasnya saat hitung cepat, suara mereka rendah. Demikian pula sebaliknya.

Tahun 1950, Hugh J Parry dan Helen M. Crossley ingin mempelajari tentang opini warga Denver. Mereka mengumpulkan data, dari sumber-sumber resmi, tentang penduduk Denver. Isu yang ingin dijawabnya adalah tentang berapa persen warga Denver yang memilih, memberi untuk amal, dan memiliki kartu perpustakaan.

Hugh j. Parry sebelumnya adalah Pejabat Sementara Direktur Pusat Penelitian Opini Universitas Denver, dan kemudian menjadi Direktur Publikasi untuk Liga Anti-Pencemaran. Helen M. Crossley, mantan Analis Senior di Pusat Penelitian Opini, dan kemudian bekerja di Bagian Penelitian Sikap dari Divisi Informasi dan Pendidikan Angkatan Bersenjata.

Mereka mensurvei warga untuk melihat apakah persentase sesuai dengan data yang dikumpulkan dari sumber resmi. Hasilnya, pada saat itu, mengejutkan. Apa yang dilaporkan penduduk ke survei sangat berbeda dari data yang dikumpulkan para peneliti. Meskipun tidak ada yang menyebutkan nama mereka, orang-orang, dalam jumlah besar, melebih-lebihkan status pendaftaran pemilih mereka, perilaku memilih, dan pemberian amal.

Dalam survey –bisa jadi karena wawancara tatap muka -- banyak orang tidak melaporkan perilaku dan pemikiran sebenarnya – biasanya cenderung -- yang memalukan pada survei. Misalnya, saat itu orang mungkin malu bila tidak memiliki kartu perpustakaan. Karena itu ketika ditanyakan soal itu, mereka mengatakan memiliki. Wajar bila angka yang didapat dari survey lebih besar dari data resmi.

Mereka yang tidak memiliki kartu perpustakaan – karena tidak memiliki kartu dianggap memalukan, ketika ditanya soal kepemilikan kartu tersebut mengatakan memilikinya. Mereka ingin terlihat bagus, meskipun kebanyakan survei bersifat anonim. Ini disebut bias desirabilitas sosial.

Apakah 60 tahun kemudian persentase itu berubah? Di zaman internet, orang tidak memiliki kartu perpustakaan tidak lagi memalukan. Tetapi, meskipun hal yang memalukan atau diinginkan mungkin telah berubah, kecenderungan orang untuk menipu para penjajak pendapat tetap kuat.

Baru-baru ini, sebuah survei dilakukan pada mahasiswa dan lulusan Universitas Maryland tentang pengalaman kuliah mereka. Jawaban yang didapat dai survey itu kemudian dibandingkan dengan catatan resmi universitas. Hasilnya, orang secara konsisten memberikan informasi yang salah (ataumungkin disalahkan), dengan cara yang membuat mereka terlihat bagus.

Pages: 1 2 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)