Bisnis Satelit di Global Menggiurkan, Bagaimana dengan Indonesia?

MIX.co.id - Merujuk data Bryce Tech, sepanjang 2022, ekonomi angkasa global mencapai 384 miliar dollar AS, yang mana sebanyak 281 miliar dollar AS atau 73 persen merupakan industri satelit. Sementara itu, menurut Euroconsult, sepanjang 2022, investasi publik di angkasa, baik untuk kepentingan sipil maupun militer, mencapai 99 miliar Euro, dimana 60 persennya berasal dari Amerika Serikat (AS), disusul Eropa 14 persen, China 11 persen, Jepang 5 persen, Rusia 3 persen, India 2 persen, dan sisanya negara lain 5 persen.

"Hingga 2030 diperkirakan akan ada 60.000-100.000 satelit dibandingkan 11.000 peluncuran satelit dalam 60 tahun. Sementara, pertumbuhan sektor angkasa diperkirakan mencapai 11 persen secara tahunan hingga 2030," ujar Ketua Bidang Infrastruktur Nasional MASTEL Sigit Puspito Wigati Jarot saat Diskusi Indotelko Forum bertajuk ‘Menatap Masa Depan Bisnis Satelit GEO di Industri Telekomunikasi Indonesia’, pada hari ini (30/1) di Jakarta.

Pada kesempatan yang sama, Dosen ITB Kelompok Keahlian Telekomunikasi M. Ridwan Effendy mengatakan, saat ini, ada beberapa satelit nasional yang mengorbit, seperti BRIsat yang akan mengorbit hingga 2031, satelit Nusantara Satu hingga 2034, Telkom 3S hingga 2032, dan satelit Merah Putih hingga 2033. Dengan demikian total kapasitas satelit nasional mencapai 8.653 MHz dengan kapasitas ekuivalen 17 Gbps. Selanjutnya, ada HTS Bakti Ka Band di orbit 146 BT yang sudah diluncurkan dan menyusul HTS Telkomsat yang akan menggantikan Orbit 113 yang semula Palapa D Indosat pada 2024.

"Faktanya, kapasitas selalu habis sebelum satelit meluncur, slot itu penuh. Untuk itu, perlu kerja sama bagaimana membuat satelit asing berguna bagi kedaulatan Indonesia, terutama dengan cara mengendalikan NMS dan Gatewaynya harus di Indonesia, demi keamanan negara,” ungkap Ridwan.

Lebih jauh ia menegaskan, untuk mendorong bisnis satelit di RI, pemerintah perlu melakukan beberapa hal. Contohnya, dengan memberikan peluang kepada swasta dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) untuk menyediakan komunikasi satelit geostasioner, karena satelit GEO (Geostationery Orbit) masih dibutuhkan. “Pembanguannya bisa dengan isentif berupa dana universal service obligation (USO) dan APBN,” sarannya.

Pada kesempatan yang sama, mantan Ketua ASSI Periode 2005-2011 Tonda Priyanto mengatakan, di Asia Pasifik, pertumbuhan bisnis satelit sangat tinggi, terutama di India. Hal itu didorong oleh penggunaan konektivitas global, meningkatnya peluncuram satelit LEO (Low Earth Orbit), serta meningkatnya peluncuran satelit internet untuk pertahanan. "Untuk Indonesia, satelit menjadi bagian ‘complimentary solutions’ jaringan telekomunikasi. Jadi, GEO dan LEO bisa saling melengkapi sesuai dengan kebutuhannya,” kata Tonda.

Menurut Tonda, terdapat beberapa aspek agar bisnis satelit di RI bisa sukses. Antara lain, dinamika pasar dan model bisnis satelit, kemitraan dan kolaborasi, aspek regulasi, hingga talenta dalam negeri dan internasional. "Talenta tidak hanya dari sisi teknis, tapi juga kepemimpinan atau leadership yang punya visi jangka panjang dan global," ia menekankan.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menyebutkan, Indonesia memiliki satelit terbanyak di Asia Tenggara, dengan 18 satelit hingga Juni 2023. Sayangnya, saat ini Indonesia baru memiliki beberapa satelit operasional untuk melayani kebutuhan telekomunikasi dan penyiaran. Dengan demikian, hal itu menjadi tantangan untuk perkembangan satelit RI. “Tantangan lainnya adalah bagaimana menciptakan pasar yang sehat di bisnis satelit,” tandasnya.

Sementara itu, Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto mengungkapkan, bisnis satelit di Indonesia jarang diangkat isunya, di luar soal peluncurannya atau jika ada masalah. Hal itu lantaran saat ini Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) ahli industri satelit. Selain itu, industri lokal atau startup belum banyak memanfaatkan untuk mengembangkan bisnis satelit.

“Oleh karena itu, kita harus mulai mengatasi tantangan talenta berkualitas, tantangan teknis, dan memperbesar kolaborasi antarpemain industri agar Indonesia jadi pemain besar di bisnis satelit global," pungkas Doni.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)