MIX.co.id - Konten menjadi salah satu elemen yang mendorong pesatnya perkembangan media sosial (medsos). Konten yang menarik dapat membuat akun media sosial seseorang mendapat perhatian banyak orang. Melalui konten pula, seseorang dapat memberi pesan dengan bebas kepada khalayak. Kendati demikian, media sosial sebagai ruang berekspresi seringkali memunculkan konten-konten negatif yang tidak tersaring dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan konten-konten positif.
Hal itulah yang mendorong rangkaian program Siberkreasi Netizen Fair (SNF) menghadirkan 10 kelas workshop tematik di tiga ruang kelas terpisah, yaitu kelas A, B, dan C, serta talkshow Obral-Obrol liTerasi Digital (OOTD) yang terbagi menjadi enam sesi di panggung utama. SNF 2022 merupakan program kolaborasi antara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Program edukasi ini berlangsung pada pertengahan Desember ini di Yogyakarta dan dihelat secara paralel dengan kegiatan di panggung utama, sesi workshop yang merupakan sesi pembelajaran hands on yang meliputi kelas kreasi konten, kelas gali ilmu, kelas UMKM Makin Cakap Digital, kelas cek fakta, dan kelas produksi podcast yang dibawakan oleh para praktisi teknologi digital.
Kelas workshop B terbagi dalam tiga sesi yang membahas tiga topik, yaitu Kelas Cek Fakta, Kelas Produksi Podcast, dan Kelas Kreasi Konten berjudul “Level Up Content Biar Cuan”. Sesi pertama dalam kelas ini adalah Kelas Cek Fakta dengan topik “Cerdas Cegah Hoax” dengan narasumber Septiaji Eko sebagai Dewan Pengarah Siberkreasi.
Eko memaparkan langkah-langkah teknis serta teoritis untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu informasi, salah satunya dengan mengakses situs cekfakta.com. Website milik Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) tersebut mampu menganalisis kebenaran informasi yang telah didukung oleh Google News Initiative. Selain itu, website tersebut juga telah merilis lebih dari 10.000 artikel yang berisikan verifikasi terhadap informasi hoax yang tersebar di internet. “Melalui website ini kami telah berjejaring bersama lebih dari 36.000 jurnalis yang terdiri dari media-media terverifikasi dewan pers di Indonesia,” ucapnya.
Eko juga menjelaskan kepada para peserta mengenai dua langkah dalam menyeleksi informasi di internet. Langkah pertama dengan melakukan verifikasi konten editan dan foto, langkah kedua adalah verifikasi video dan lokasi.
Diskusi yang tidak kalah menarik dibahas dalam sesi berikutnya yaitu Kelas Produksi Podcast yang dibawakan oleh Rizki Ardi Nugroho, yang akrab disapa Mizter Popo. Ia merupakan seorang podcaster berpengalaman yang kontennya memenangi kategori paling banyak didengar ketiga besar sepanjang tahun 2022 di Indonesia. Dalam paparannya, Rizki menyampaikan teknis seputar pembuatan podcast yang tergolong konten high-demand saat ini.
Ia menjelaskan, terdapat lima prinsip dalam pembuatan podcast, yaitu menentukan audiens, seperti apa podcast-mu ingin dikenali, keunikan dibandingkan dengan podcast lain, ciptakan suara khas, lalu lakukan promosi secara konsisten. “Prinsip tersebut merupakan bekal untuk membuat branding terhadap podcast yang akan dibuat,” tandasnya.
Narasumber yang tidak kalah populer, yaitu Ibob Tarigan yang juga adalah seorang konten kreator. Menurutnya, konsentrasi para konten kreator saat ini cenderung fokus pada traffic dan algoritma. Ibob menyebutkan hal itu tidaklah dilarang, akan tetapi ia mengingatkan bahwa seorang konten kreator tidak boleh luput memikirkan personal branding dan kualitas konten yang dibuat.
“Jika traffic dan algoritma akan memberikan adsense (iklan), maka kualitas dan personal branding akan mengundang daya tarik bagi brand-brand untuk melakukan kontrak bisnis dengan kita, yang dapat menjadi opsi pemasukan selain adsense sehingga konten kita lebih dikenal oleh khalayak,” pungkasnya.
