"Curcumin dalam temulawak mampu mengendalikan produksi sitokin akibat dari satu sel yang terinfeksi oleh virus, baik itu virus infuenza maupun Covid-19. Sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh, bila terpapar virus terus menerus bisa terjadi badai sitokin yang membuat paru-paru padat dan kaku sehingga terjadi sesak nafas bahkan gagal nafas dan bisa berlanjut ke kematian," jelas Prof. Nidom.
Dia mengungkapkan, dalam penelitian yang ia lakukan pada 2008, curcumin pada temulawak mampu mengendalikan sitokin inflamatori sehingga tidak terjadi badai sitokin. Hasil penelitiannya itu sejalan dan memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang mengandung curcumin memiliki efek terhadap daya tahan tubuh, yaitu sebagai imunomodulator (Cattanzaro et al, 2018). Varalaksmi, et.al. (2008) melalui penelitian in vivo juga menyatakan bahwa curcumin dapat memodulasi sistem daya tahan tubuh dengan cara meningkatkan kemampuan proliferasi sel T.
Penelitian bio-informatika yang dipublikasikan pada Maret 2020 dan kepustakaan terbaru telah menyebut bahwa curcumin merupakan salah satu kandidat antivirus SARS-CoV-2. Diharapkan curcumin yang terkandung di temulawak mampu meningkatkan ekspresi ACE2 bentuk soluble yang dapat menghambat terjadinya ikatan antara protein virus dengan ACE2 bentuk fixed pada permukaan sel inang, dimana ACE 2 merupakan sel inang bagi COVID-19 (Inggrid Tania, 2020).
Dr. Inggrid Tania, M.Si., Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisonal dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) menanbahkan, secara fungsional, ada dua bentuk ACE2 yaitu bentuk fixed (menempel pada permukaan sel) dan soluble (bentuk bebas dalam darah). ACE2 bentuk soluble diproyeksikan menjadi salah satu kandidat antivirus corona melalui mekanisme interseptor kompetitif yang mencegah ikatan antara partikel virus dengan ACE2 pada permukaan sel inang.
"Temulawak sudah dikonsumsi masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Berdasarkan empirical experiental evidence, scientific evidence, dan clinical evidence, temulawak terbukti aman dan memberikan manfaat daya tahan tubuh. Berbagai penelitian, terutama penelitian in-vitro dan praklinis di dunia terhadap curcumin menunjukkan bahwa curcumin bersifat antiperadangan, antivirus, antibakteri, antijamur, dan antioksidan," tuturnya.
Diakui dr. Erlina Burhan, M. Sc, SpP (K), Konsultan Paru Sub Infeksi RSUP Persahabatan, orang yang terkena Covid-19 akan mengalami demam, batuk, dan pilek. Bila infeksinya sudah sampai ke paru, orang bisa mengalami pneumonia (radang paru) hingga mengalami kesulitan napas atau sesak yang bisa berujung pada kematian.
"Namun, pada beberapa kasus, seorang yang mengidap Virus Corona tidak menunjukkan gejala apapun. Virus Corona sangat pintar. Virus ini mungkin tidak membuat seseorang sakit karena memiliki daya tahan tubuh yang baik, namun ia bisa bersembunyi di tubuh seseorang. Kemudian, virus pun akan ditransfer kembali kepada orang-orang dengan daya tahan tubuh lemah. Oleh karena itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan harus menjaga asupan gizi seimbang, cukup istirahat, minum suplemen, dan vitamin," dr. Erlina menyarankan.