Konsumsi beras masyarakat Indonesia mencapai 130 kg/kapita/tahunnya. Angka itu tercatat sebagai konsumsi yang tinggi dibandingkan tingkat konsumsi beras dunia yang rata-rata mencapai 60 kg/kapita/tahun. Sementara itu, impor gandum di Indonesia menembus 6,2 juta metrik ton atau senilai US$ 2,2 miliar pada tahun 2012. Itu artinya, Indonesia menempati negara peringkat kedua terbesar di dunia sebagai pengimpor gandum, setelah Mesir.
Kampanye pangan alternatif sagu, pemerintah melakukan kerja sama sinergis dengan berbagai stakeholder, seperti kementerian, instansi pemerintah, maupun Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek).
Berangkat dari fakta itu, maka pemerintah Indonesia mulai mengembangkan sumber pangan alternatif. Salah satunya, lewat pemberdayaan sagu. Mengapa? Lantaran, luas hutan sagu Indonesia mencapai 1,25 juta hektar, yang 1,2 juta hektarnya berlokasi di Papua. "Dengan luasan 1,2 juta hektar di Papua, bila potensi pati sagu 10-20 ton per hektar per tahun, maka diharapkan akan tersedia sumber cadangan pangan karbohidrat sebesar 12-24 juta ton per tahun," ungkap Deputi Kelapa BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Listyani Wijayanti.
Untuk mensosialisasikan pangan alternatif sagu, pemerintah mulai agresif menggelar kegiatan eduksi sekaligus sosialisasi seputar pangan sagu. Antara lain, melakukan kerja sama sinergis dengan berbagai stakeholder, seperti kementerian, instansi pemerintah, maupun Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek).
Dengan Mapiptek misalnya, media massa diundang diskusi guna mengampilifikasi isu pentingnya pangan alternatif sagu melalui makanan berbahan dasar sagu. "Peningkatan produksi sagu sangat membutuhkan penerapan teknologi processing, sehingga sagu dapat diolah menjadi beras sagu, mie sagu, roti, biskuit, kue, serta makanan atau kudapan ringan lainnya. Untuk itu, diskusi kali ini bertema Pengembangan Industrialisasi Sagu Berbasis Inovasi Teknologi untuk Membangun Ketahanan Pangan Nasional," lanjut Listyani.
Tak hanya edukasi lewat media massa, pemerintah melalui Departemen Pariwisata, dalam waktu dekat, juga akan mengundang sekaligus mengumpulkan seluruh chef hotel dan penerbangan di Indonesia. Melalui pertemuan itu, pemerintah ingin memperkenalkan tepung sagu sebagai salah satu alternatif aneka makanan. Termasuk, menerbitkan buku resep makanan berbasis sagu. Bahkan, pada 3-4 Mei 2014 mendatang, akan digelar pula event "Festival Makanan Berbasis sagu".
Sebelumnya, pemerintah juga sudah mengkampanyekan "One Day No Rice". Obyektifnya, untuk mengurangi konsumsi nasi dan membangun kesadaran masyarakat Indonesia bahwa sesungguhnya sumber karbohidrat cukup banyak tersedia di Indonesia, selain beras, yakni sagu, umbi-umbian, singkong, dan sebagainya.
Rudy Tjahjono Hutomo, Kepala Balai Besar Pasca Panen Balitbang Kementerian Pertanian, mengatakan, "Salah satu upaya lainnya adalah memperluas penetrasi sagu di seluruh channel distribusi, baik tradisional maupun modern channel. Sebab, selama ini tak sedikit orang kesulitan mencari tepung sagu di pasar untuk membuat aneka makanan."