Era VUCA, Segmen Muda Makin “Melek” Pasar Modal

Di tengah kondisi ketidakpastian atau biasa dikenal dengan kerumunan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Uncertainty), ada sejumlah fakta yang menarik dicermati dari industri pasar modal di Tanah Air. Pertama adalah usia para pemegang saham atau investor. Dikatakan Friderica Widyasari Dewi, Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)--Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian di pasar modal Indonesia yang didirikan di Jakarta pada 1997—usia para investor di Indonesia makin bergeser ke segmen muda, bahkan millennial. Itu artinya, segmen muda makin “melek” pasar modal.

Merujuk data KSEI per November 2017 menunjukkan, investor yang berusia 21-30 tahun mencapai 26,24%. Selanjutnya, disusul mereka yang berusia 31-40 tahun mencapai 25,12%. Bahkan, ada investor yang berusia di bawah 20 tahun yang jumlahnya mencapai 3,82%. Itu artinya, lebih dari separuh investor berada di usia 21-40 tahun. Sementara, investor yang berusia 41-50 tahun mencapai 23,02% dan mereka yang berusia 51-60 tahun mencapai 13,95%.

Fakta kedua adalah profesi para investor yang didominasi oleh pegawai swasta (52,07%). Selanjutnya, profesi lain yang juga cukup tinggi sebagai investor adalah pelajar yang mencapai 15,61%. Yang menarik, jumlah investor yang berstatus pelajar itu mampu mengalahkan investor yang datang dari kalangan pengusaha yang jumlahnya hanya 12,49%. Hal itu makin membuktikan bahwa segmen muda di Indonesia makin “melek” pasar modal. Adapun invsetor yang berasal dari pegawai negeri, jumlahnya mencapai 6,24%, ibu rumah tangga (4,79%), pensiunan (1,98%), dan guru (1,03%).

Fakta ketiga adalah terkait penyebaran investor di Tanah Air yang didominasi oleh mereka yang tinggal di Pulau Jawa, yang mencapai 76,65%. Dari angka itu, 29,74% berasal dari DKI Jakarta. Selanjutnya, disusul oleh mereka yang berasal dari Pulau Sumatra yang mencapai 13,03%, Kalimantan (3,93%), Sulawesi (3,02%), Bali-NTT-NTB (2,48%), dan Maluku serta Papua (0,89%).

Fakta keempat, yang juga menarik dicermati adalah gairah pasar saham di Indonesia. Meski kondisi ekonomi belum begitu bersahabat, dikatakan Friderica, total Asset Under Management (AUM) Reksadana atau lebih dikenal dengan Jumlah Dana Kelolaan Reksadana hingga 15 November 2017 sanggup menyentuh angka Rp 408,09 triliun. Itu artinya, tumbuh sebesar 25,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Fakta kelima, tak hanya AUM Reksadana yang tumbuh, namun jumlah SID (Single Investor Identification) juga mengalami kenaikan. “Total SID hingga 15 November 2017 mampu mencapai 1.099.124 investor atau tumbuh 22,93% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” tutur Friderica saat sambutan di acara Sharing Session bertajuk 'Indonesia 2018-Sailing Through Economic and Political Tide' yang digelar hari ini (20/11) di Main Hall, Galeri Bursa Efek Indonesia-Jakarta.

Pada kesempatan itu, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada A. Tony Prasentiantono menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia masih tumbuh pada kisaran 5% karena kelesuan ekonomi sebagai dampak ketidakpastian serta agresitivitas pajak yang menyebabkan konsumen cenderung mengerem konsumsi. “Namun, ada beberapa hal positif yang dapat membuat pertumbuhan ekonomi 2018 lebih tinggi yakni mencapai 5,3%, antara lain stabilitas harga komoditas, stabilitas rupiah, peningkatan investasi, capital inflows, dan inflasi yang tetap rendah,” katanya di hadapan 600 undangan Sharing Session yang digelar KSEI.

Selain Tony, KSEI juga menghadirkan sejumlah pembicara pakar pada Sharing Session tersebut. Antara lain, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) H. Muhammad Tito Karnavian Ph.d dan Direktur Eksekutif Charta Politica Indonesia Yunarto Wijaya yang menyampaikan pemaparan bertajuk “Politik Indonesia 2017-2018: Antara Kontestasi dan Konsesi”.

Sejatinya, Sharing Session terkait Economic and Political Outlook 2018 itu diharapkan dapat memberikan insight bagi para stakeholder yang menekuni dunia pasar modal. Oleh karena itu, sharing session yang digelar KSEI tersebut dihadiri oleh Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Komisaris dan Direksi PT Bursa Efek Indonesia, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, serta para pemakai jasa KSEI yang terdiri dari Perusahaan Terdaftar (Emiten), Perusahaan Efek, Bank Kustodian, Biro Administrasi Efek, Bank Pembayaran, Bank Administrator Rekening Dana Nasabah (RDN), Agen Penjual Reksa Dana, dan Manajer Investasi. “Dengan terselenggaranya sharing session ini, diharapkan para pelaku industri pasar modal, khususnya para pemakai jasa KSEI, dapat memperoleh pengetahuan baru untuk menghadapi era politik dan ekonomi di tahun 2018,” tutup Friderica.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)