Sebagai jaringan perusahaan agrikultur global yang telah tersebar di 90 negara, Syngenta memiliki komitmen terhadap kesejahteraan petani—yang notabene menjadi mitranya. Oleh karena itu, sejak hadir di Indonesia pada tahun 2000, Syngenta senantiasa menyediakan solusi kepada jutaan petani melalui berbagai program mapun produk yang ditawarkan.
Dikatakan Parveen Kathuria, Presiden Direktur PT Syngenta Indonesia, “Selama 17 tahun hadir di Indonesia, Syngenta sangat senang dapat mendukung pertanian di Indonesia. Kami telah berkontribusi dalam berbagai aspek, antara lain menyediakan inovasi teknologi pertanian kepada petani, menjangkau petani untuk meningkatkan hasil panen mereka, dan mendukung peningkatan produksi pertanian.”
Di Indonesia, kata Parveen, Syngenta memiliki departemen riset dan pengembangan seluas 14,5 hektar. Melalui departemen tersebut, Syngenta mencoba mengembangkan solusi terbaru untuk mengingkatkan produktivitas tanaman dan produk hiegienis. “Untuk hal ini, kami secara global mengalokasikan dana hingga US$ 2 miliar setiap tahunnya. Pada tahun 2011, kami bahkan melakukan investasi senilai US$ 27 juta untuk pembangunan pabrik pemrosesan benih di Pasuruan, Surabaya, Jawa timur,” ucapnya, yang menyebutkan penjualan Syngenta pada tahun 2016 lalu mampu mencapai US$ 12,8 miliar.
Selain menghadirkan teknologi dan produk yang berbasis di tiga kategori bisnis—Benih Tanaman, Perlindungan Tanaman, serta Padang Rumput dan Pertamanan—Syngenta juga menyajikan program-program yang sangat mendukung para petani di Indonesia. “Ada sejumlah program yang sudah kami gelar sejak sepuluh tahun terakhir, yang notabene melibatkan para petani di Indonesia. Di antaranya, program Edukasi, program Pembiayaan Mikro bertajuk 'PISAgro', dan program peningkatan produktivitas bertajuk Klub 10 Ton,” papar Midzon Johannis, Head of Corporate Affairs Syngenta Indonesia.
Untuk program edukasi misalnya, Syngenta telah menjangkau 500 ribu petani setiap tahunnya melalui Pusat Pelatihan Petani, Klinik Pertanian, Farmer Network, dan Konsultasi Petani. “Dalam sepuluh tahun, kami sudah mampu menjangkau sekitar lima juta petani di seluruh Indonesia,” ujar Midzon.
Pada program Pembiayaan Mikro, Syngenta mencoba membantu petani untuk urusan permodalan. Faktanya, hanya 4,7% dari orang dewasa di daerah pedesaan di negara-negara berkembang yang memiliki akses untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan formal. “Oleh karena itu, di Indonesia Timur, kami bekerja sama dengan Mercy Corps Indonesia, Bank Andara, dan BPR Akbar Pesisir untuk memberikan pembiayaan mikro lewat program 'PISAgro' atau Partnership for Indonesia's Sustainable Agriculture. Program ini melibatkan kelompok petani kecil jagung, kios, dan pedagan jagung,” Midzon menguraikan.
Sementara itu, pada program “Klub 10 Ton”, diungkapkan Midzon, Syngenta telah memulainya pada tahun 2011. Objektif dari program tersebut adalah untuk mendorong para petani padi yang progresif untuk mau berbagi keahlian dengan para petani lain serta mendorong mereka untuk membuat perubahan yang nyata dengan meningkatkan hasil pertanian dan pendapatan mereka.
Hasilnya, melalui teknologi perlindungan tanaman dan benih hibrida yang telah ditawarkan sekaligus diedukasi oleh Syngenta, para petani mampu meningkatkan produksinya hingga 10-20%. Midzon mencontohkan, di Jawa Timur, lebih dari 15 ribu petani padi mendapatkan manfaat dari teknologi modern Syngenta yang mampu meningkatkan hasil produksi padi rata-rata dari 5-6 ton menjadi 10 ton/hektar. Selain itu, petani jagung di Nusa Tenggara juga dapat meningkatkan produksinya hingga 20% melalui teknologi Syngenta.
“Petani yang berhasil meningkatkan hasil panen mereka hingga 10 ton per hektar diundang untuk bergabung dengan Klub 10 Ton. Program ini ini didukung penuh oleh para ahli pertanian Syngenta dan penyuluh pertanian pemerintah,” ujar Midzon, yang mengaku bahwa semua program yang digelar Syngenta mengusung konsep partnership dengan berbagai mitra.
