FOMO DAN LOYALITAS

Strategi pemasaran yang memanfaatkan FOMO efektif dalam menciptakan urgensi pembelian, sedangkan loyalitas berperan sebagai fondasi hubungan jangka panjang antara pelanggan dan merek. Menurut Harwinda, Aruman, dan Setyaningtyas (2024) membangun loyalitas jangka panjang memerlukan pendekatan yang berpusat pada nilai nyata dan pengalaman.

.

.

Tahun lalu, saya bersama teman-teman melakukan penelitian tentang FOMO yang saya kaitkan dengan merek Mixue. Kenapa? Saat itu, Mixue berhasil membangun popularitas melalui media sosial, yang merupakan platform utama di mana FOMO sering terbentuk.

Pertama, unggahan konsumen tentang antrean panjang, ulasan produk, atau pengalaman di gerai Mixue menciptakan rasa urgensi dan keinginan untuk ikut merasakan pengalaman tersebut. Meneliti FOMO dalam konteks ini dapat membantu memahami bagaimana strategi berbasis media sosial memengaruhi perilaku konsumen.

Kedua, dengan harga yang relatif terjangkau, Mixue menarik berbagai segmen konsumen. Namun, rasa FOMO sering digunakan untuk mempercepat keputusan pembelian, terutama melalui promosi terbatas atau produk baru. Penelitian ini dapat mengungkap bagaimana Mixue memanfaatkan keterjangkauan harga untuk menciptakan daya tarik luas sambil menjaga urgensi di kalangan pelanggan.

Ketiga, popularitas Mixue yang viral di kalangan konsumen muda dan milenial sering kali disebabkan oleh kekhawatiran untuk "tidak ketinggalan tren." Meneliti FOMO dapat memberikan wawasan tentang bagaimana efek viral ini dikapitalisasi oleh merek untuk memperkuat keterlibatan pelanggan dan meningkatkan loyalitas merek.

Keempat, Mixue kerap memperkenalkan produk baru atau penawaran khusus untuk jangka waktu terbatas, yang memicu FOMO di kalangan konsumen. Penelitian ini dapat mengevaluasi sejauh mana strategi ini efektif dalam mendorong pembelian impulsif dan membangun hubungan pelanggan jangka panjang.

Kelima, sebagai merek internasional yang beroperasi di pasar lokal, Mixue menghadapi tantangan budaya yang unik. Penelitian FOMO dapat membantu menjelaskan bagaimana merek ini menyesuaikan pendekatannya untuk menciptakan rasa urgensi di berbagai pasar, khususnya di Indonesia.

Keenam, Mixue menggunakan FOMO untuk menarik konsumen baru. Karena itu, ada kebutuhan  untuk mengevaluasi apakah strategi ini juga efektif dalam membangun loyalitas pelanggan jangka panjang. Penelitian ini dapat mengidentifikasi hubungan antara rasa urgensi yang diciptakan FOMO dan keinginan pelanggan untuk tetap memilih Mixue dibandingkan kompetitor.

Itu sebabnya, meneliti FOMO dalam konteks Mixue tidak hanya relevan untuk memahami keberhasilan merek ini, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana strategi pemasaran berbasis FOMO dapat diterapkan secara lebih luas di industri makanan dan minuman.

FOMO (Fear of Missing Out) adalah fenomena psikologis di mana seseorang merasa cemas karena takut kehilangan peluang atau pengalaman yang dirasakan sedang dinikmati oleh orang lain. Dalam konteks pemasaran, FOMO sering digunakan untuk menciptakan urgensi dan mendorong perilaku pembelian impulsif.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)