MIX.co.id - Pasar digital marketing di Indonesia tercatat sangat potensial. Hal itu ditandai dengan ekonomi digital di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Bahkan, Google Indonesia memperkirakan bahwa ekonomi digital Indonesia akan bernilai US$ 124,1 miliar pada tahun 2025 mendatang.
Roman Kumay Vyas, CEO & Founder Refocus Education Project, mengungkapkan, “Pasar digital marketing di indonesia sangat besar. Hal itu dapat terlihat dari banyaknya perusahan berbasis teknologi atau digital, seperti Gojek, Lazada, dan Tokopedia, berkembang berkembang.”
Hal itu memicu meningkatkan kebutuhan akan talenta seperti web desainer, web developer, digital marketing manager, data dan digital analist, dan sebagainya. Sayangnya, menurut Roman, antara permintaan dan ketersediaan talenta memiliki gap yang besar. Artinya, ketersediaan talenta yang ahli dalam teknologi dan digital masih belum mampu mencukupi permintaan dari industri.
Sementara itu, dikatakan Imeiniar Chandra, Director of Digital & Technology Michael Page, saat ini, sepuluh profesi tertinggi yang paling dibutuhkan industri, 60%-nya berhubungan digital dan teknologi. “Digital marketing, software engineer, dan data scientist tercatat top 3 profesi atau talenta yang paling dibutuhkan industri saat ini,” ucapnya.
Ignatius Untung, Ex Ketua Umum IDEA, pakar pemasaran dan pemerhati industri startup, menambahkan, “Transformasi digital perusahaan akan memicu kebutuhan akan seorang profesional yang mahir di dunia teknologi dan digital. Perusahaan akan mencari kandidat dengan keahlian di bidang teknologi, digital, dan e-commerce. Tenaga kerja dengan keterampilan membuat kecerdasan buatan (AI), otomatisasi, digital marekting, akan sangat dibutuhkan ke depannya.”
Lebih jauh ia menegaskan, digital marketing sendiri memungkinkan brand menjangkau konsumen selama 24 jam/7 hari. Selain itu, digital marketing juga memiliki risiko yang kecil. Bahkan, digital marketing juga berbiaya rendah Jika dibandingkan kanal komunikasi seperti TV dan billboard misalnya. “Untuk tayang di TVC berdurasi 30 detik saja, brand harus mengeluarkan biaya Rp 60-80 juta. Sementara itu, dengan Rp 100 ribu, brand sudah dapat menjangkau konsumen melalui digital marketing,” ucap Untung.
Sayangnya, para pemasar konvensional agak kesulitan untuk beradaptasi dengan digital marketing. Sementara itu, permintaan terus meningkat. “Oleh karena itu, saat ini, dibutuhkan talenta yang memiliki kepiawaian melakukan digital marketing,” yakin Ignatius Untung.
Untuk menjawab kebutuhan akan talenta di bidang Tekonologi Informasi (TI) tersebut, Refocus Digital Academy hadir di Indonesia. Dijelaskan Roman, Refocus adalah platform pendidikan online yang dapat mengubah siapa pun menjadi spesialis digital dalam delapan bulan. Refocus menerima orang-orang yang berpenghasilan tidak lebih dari 300 – 400 dolar per bulan, mempelajari dan membantu mereka mendapatkan pekerjaan di bidang digital.
Tim Refocus mengajarkan profesi digital kepada orang-orang, di mana bidang ini sedang diminati pasar dan akan berlangsung dalam jangka waktu lama. “Tim mentor Refocus terdiri dari pakar luar negeri terkemuka dengan pengalaman global, serta profesional lokal dari perusahaan seperti LingoTalk, Tokopedia, Borzo dan Traveloka, dan AlKautsar Cater,” imbuh Roman.
Refocus ingin orang-orang untuk memiliki kesempatan edukasi yang baik serta keterampilan yang terpakai, sehingga memungkinkan mereka mendapat penghasilan yang lebih besar, terus bertumbuh dan mengembangkan berbagai produk untuk mencapai tujuan mereka. “Kami mengutamakan pengembangan Refocus secara regional. Tim kami menetapkan misi untuk mampu melatih lebih dari 1.000.000 profesional di level internasional yang mampu menyelesaikan berbagai pekerjaan ambisius,” katanya.
Diakui Roman, Refocus tidak hanya fokus pada segmen...