Heartology Cardiovascular Center kembali menggelar diskusi kesehatan bertajuk "Mengapa Bisa Terjadi Serangan Jantung Setelah Pasang Ring" pada hari ini (19/6) secara virtual. Pada kesempatan ini, dihadirkan dr. Dafsah Arifa Juzar, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, sebagai narasumber.
Dalam diskusi tersebut, Heartology memperkenalkan solusi melalui berbagai teknologi guna memfasilitasi para dokter untuk menentukan tingkat keparahan penyakit jantung dan strategi pengobatan tatalaksana terbaik untuk pasien. Antara lain, strategi tatalaksana pengobatan meliputi indikasi perlu atau tidaknya pemasangan ring serta pemilihan strategi untuk mempersiapkan lesi (plak) menyempit sebelum dilakukan pemasangan ring.
Akurasi diagnosis dan penggunaan terapi tambahan dalam pemasangan ring merupakan kunci keberhasilan dan keamanan. ‘’Pemasangan ring yang optimal akan memberikan manfaat jangka panjang untuk meminimalisir terjadinya penyempitan ulang (restenosis), mengurangi rasa nyeri jantung m, dan memperbaiki kualitas hidup,’’ ungkap dr. Dafsah.
Lebih jauh ia menjelaskan, ada beberapa cara untuk menginvestigasi penyakit jantung. Dimulai dari yang paling sederhana, yaitu EKG atau Elektrokardiogram, yang dilakukan untuk merekam aktivitas kelistrikan jantung dan dapat memperlihatkan adanya kekurangan asupan oksigen atau bahkan kerusakan otot jantung akibat serangan jantung.
"Pada orang yang tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan EKG saat istirahat, belum berarti aman dari penyakit jantung koroner. Hal ini disebabkan karena penyakit jantung koroner bersifat degeneratif. Penyakit jantung koroner atau proses aterosklerosis merupakan proses alamiah yang akan terjadi dengan bertambahnya umur," paparnya.
Adapun pemeriksaaan EKG saat istirahat saja belum cukup untuk orang-orang yang mempunyai lebih dari satu faktor risiko jantung atau telah berumur di atas 30 tahun. Performa jantung dalam mengatasi beban kerja perlu diuji dengan pemeriksaan stress test. "Pemeriksaan stress test bisa dengan treadmill stress test, pemeriksaaan stress echo (Dobutamine Stress Test) atau pencitraan lainnya," ujar dr. Dafsah.
Jika penyakit jantung koroner tidak dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan, maka diperlukan prosedur angioplasti (pemasangan ring). “Pemasangan ring jantung merupakan prosedur non bedah dengan anestesi lokal dan sedasi ringan. Akses ke pembuluh darah koroner sebagian besar melalui pembuluh darah di pergelangan tangan dan ataupun pembuluh darah di pangkal paha pada keadaan tertentu. Selama tindakan berlangsung, pasien akan dalam keadaan sadar namun nyaman,’’ papar dr. Dafsah.
Pada penyempitan sedang yang lebih dari satu indikasi pemasangan cincin, dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan iFR (Instant wave-free Ratio) ataupun FFR (Fractional Flow Reserve), sehingga pemasangan ring yang tidak berindikasi dapat dihindari dan juga untuk mengurangi risiko komplikasi akibat pemasangan ring yang tidak diperlukan.
Pemasangan ring yang optimal dibutuhkan konfirmasi dari alat pencitraan intravaskular. Alat intravaskular yang dimaksud adalah IVUS (IntraVascular Ultrasound), yang merupakan teknologi imaging dengan ultra sound untuk memberi gambaran di dalam pembuluh darah, termasuk plak dan kondisi pembuluh darah.
"Informasi yang didapat dari hasil pencitraan ini akan memfasilitasi pemilihan metoda persiapan kelainan penyempitan pembuluh darah, agar dapat dipasang ring secara optimal. Optimal berarti berkurangnya risiko penyempitan dan komplikasi pada lokasi pemasangan ring tersebut," ucapnya.
Selanjutnya, pada kelainan jantung koroner yang sudah lanjut, berat atau kompleks, penyempitan pembuluh darah jantung sudah mengalami pengapuran atau kalsifikasi. "Apabila hal ini terjadi, maka diperlukan terapi tambahan agar pemasangan ring mencapai hasil optimal berdasarkan konfirmasi IVUS," pungkasnya.