marcomm

Jelang New Normal, pemerintah berencana memberikan izin bagi pusat belanja dan ritel untuk membuka gerai. Protokol untuk membuka kembali pusat belanja atau mal pun tengah digodok. Bagi pengelola pusat belanja atau mal, tentu saja hal ini menjadi angin segar, paska penutupan gerai akibat pandemi Covid-19.

Menurut Yuswohady, pengamat pemasaran dari Inventure, pada kesempatan Webinar bertajuk “The Normal 100: Life After Covid-19” yang digelar awal Juni ini (8/6), memasuki masa New Normal--setelah relaksasi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)--bisnis ritel tidak akan sama. “Pada era New Normal, protokol kesehatan akan diprioritaskan,” tegasnya.

Dia menilai, motivasi konsumen untuk keluar dari rumah dan melakukan pembelanjaan di in-store juga akan mengalami pergeseran. Terutama di masa awal pemberlakuan new normal, konsumen masih bersikap waspada dan enggan mengunjungi pusat keramaian dan pergi keluar rumah.

Sementara, di lain sisi, konsumen memerlukan kunjungan in-store untuk sekadar melihat atau membeli produk yang mengharuskan penjelasan lebih lanjut dan spesififik, sesuai dengan kebutuhan konsumen, seperti produk elektronik hingga furnitur rumah.

Oleh karena itu, disarankan Yuswohady, pengelola ritel harus mampu menghadirkan inovasi dalam berbelanja demi menjamin keamanan konsumen pada saat di toko. Menurutnya, ada lima inovasi yang bisa menjadi tren dalam berbelanja di era New Normal nanti.

Pertama, “Appointment-Only Shopping”. Artinya, konsumen dapat melakukan reservasi kunjungan terlebih dahulu baik via telepon, email, maupun website perusahaan untuk mengatur jadwal kunjungan in-store. Sementara itu, perusahaan juga perlu menata ulang jadwal kunjungan konsumen agar tidak melebihi kapasitas dan dapat menjamin keamanan konsumen saat berkunjung.

Kedua, Personal Shopping Assistant. Pandemi menjadi “renaissance of digital adoption”, dimana penggunaan teknologi digital baik oleh konsumen maupun produsen akan terus mengalami peningkatan. Terbukti, adanya revolusi belanja online yang beralih dari sekadar membeli produk non-esensial menjadi ke pembelian produk sehari-hari.

“Dengan kondisi itu, langkah yang tepat untuk dilakukan perusahaan adalah dengan mengembangkan teknologi berbasis AI (Artificial Intelligence) seperti personal shopping assistant. Penggunaaan personal shopping assistant di masa new normal dan setelahnya mungkin akan menemukan critical mass-nya. Mengingat, tren go digital selama pandemi mengalami popularitasnya,” yakinnya.

Adapun fitur yang ditawarkan oleh personal shopping assistant seperti Alexa Amazon, Siri Apple, dan Google Assistant dapat memberi kemudahan berbelanja konsumen atau sekadar mengingatkan konsumen mengenai jadwal kegiatannya.Konsumen dapat dengan mudah mencari informasi produk, membuat panggilan reservasi, menyusun daftar belanja sehari-hari, hingga memesan ulang kembali jika barang sudah habis, atau sekedar mengingatkan stok tersedia untuk produk yang telah sold out.

Bagi perusahaan, penggunaan personal virtual assistant dapat memberikan banyak data konsumen dan membantu perusahaan untuk menggunakannya secara efektif. Salah satunya, untuk menargetkan pelanggan yang sesuai dengan produk yang ditawarkan atau secara otomatis personal virtual assistant akan mengirim email kepada pelanggan terkait transaksi yang belum selesai untuk menyelesaikannya dan merekomendasikan produk yang menarik.

Ketiga, Sameday-Contactless Delivery. Layanan delivery dan logistik sangat meningkat pesat di masa pandemi. Sebab, semua proses bisnis dan pertukaran barang hanya bisa dilakukan melalaui delivery. Hal ini mendorong para penyedia jasa delivery berlomba menciptakan fitur atau layanan baru kepada konsumen. Dia mencontohkan, Paxel yang mampu menjadi pionir integrated online logistic di Indonesia dan bisa mengirimkan paket kurang dari 1 hari.