Ini Penyebab 91% Pembelanja Indonesia Mengklaim Sebagai Smart Shopper

MasterCard_Logo.svg Riset MasterCard: 80% dari konsumen global menggunakan teknologi saat berbelanja

The Retail CMO’s Guide to the Omnishopper yang dirilis MasterCard pertengahan November ini menunjukkan bahwa 80% dari konsumen global menggunakan teknologi saat berbelanja. Antara lain, aplikasi smartphone untuk memeriksa harga, layanan “click and collect” untuk berbelanja secara online dan mengambil barang yang dibeli di toko, serta teknologi yang disediakan di dalam toko untuk meriset atau memesan suatu produk.

Survei tersebut dilakukan terhadap para omnishopper--sebutan untuk pembelanja cerdas atau konsumen yang menggunakan banyak channel untuk berbelanja--yang digelar di Australia, Brazil, China, Jerman, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Polandia, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, dan Inggris. Survei online tersebut dilakukan terhadap 11.337 orang pada Juli 2015.

Delapan dari sepuluh keputusan pembelian yang dilakukan oleh pembelanja global rupanya berdasarkan informasi yang kini diperoleh dari sebuah perangkat digital. Konsumen mengatakan bahwa mereka adalah pembelanja yang lebih cerdas dan kini mendapatkan nilai lebih dibandingkan dengan sebelumnya.

Masih berdasarkan laporan tersebut, dijumpai bahwa para omnishopper tetap memilih toko konvensional. Sebab, mereka menilai bahwa di toko layanan konsumen yang mereka dapatkan lebih baik dan lebih cepat. Termasuk, pengalaman interaksi di dalam toko selama pembelian yang lebih sosial. Hal itulah yang memungkinkan pertumbuhan e-commerce yang cenderung minim sebagai bagian dari total penjualan ritel, yakni mencapai 7,5% secara global.

Sementara itu, 80% dari konsumen global mengklaim diri mereka sebagai pembelanja yang lebih cerdas (smarter shopper) dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Sedangkan 68% mengatakan bahwa mereka mendapatkan nilai lebih dari barang yang mereka beli--baik di dalam toko maupun online--dibandingkan dengan lima tahun lalu. Adapun 91% pembelanja Indonesia mengungkapkan bahwa mereka adalah pembelanja yang lebih cerdas dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu.

Meskipun memiliki berbagai pilihan hampir tanpa batas hanya dengan satu klik saja, hanya 30% dari pembelanja di dunia yang ingin mencoba merchant baru. Hanya 20% pembelanja yang mengatakan bahwa teknologi telah membawa mereka untuk mempertimbangkan pelaku bisnis ritel yang baru.

"Guna terus berkembang di sektor ritel yang semakin kompetitif, dimana 80% dari para konsumen mengklaim sebagai pembelanja yang lebih cerdas atau smart shopper, para pelaku bisnis ritel juga harus lebih cerdas untuk memahami dan menggunakan teknologi agar dapat meningkatkan pengalaman berbelanja secara keseluruhan. Obyektifnya, agar dapat mendorong loyalitas serta perkembangan bisnis," tutur Eric Schneider, Region Head, Asia Pasifik, MasterCard Advisors.

Ia juga menambahkan bahwa sudah jelas keramahan dan layanan pelanggan yang cepat yang ditawarkan oleh toko konvensional masih menjadi daya tarik penting. Namun, masih juga terdapat kesempatan yang besar bagi brand untuk memanfaatkan big data, aplikasi mobile, dan kekuatan media sosial untuk meningkatkan interaksi pelanggan, meningkatkan loyalitas, dan membuat pengalaman berbelanja online menjadi lebih mudah.

"Dengan pesatnya pertumbuhan tingkat penetrasi smartphone, e-commerce akan terus menjadi sebuah elemen pertumbuhan yang penting bagi brand di seluruh kawasan Asia Pasifik pada dekade mendatang,” Eric memprediksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)