Maraknya kehadiran startup sejatinya menjadi salah satu indikasi bahwa orang Indonesia kian memiliki keinginan kuat untuk menjadi wirausahawan atau entrepreneur. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil studi "Kewirausahaan 2019" yang baru saja dirilis Herbalife Nutrition.
Studi yang dilakukan pada Mei-Agustus 2019 di sembilan negara di Asia Pasifik (termasuk Indonesia) itu menunjukkan bahwa keinginan untuk menjadi wirausahawan di Indonesia menjadi terkuat dibanding negara lain di Asia Pasifik. Mayoritas responden Indonesia (96%) mengaku memiliki mimpi untuk mulai membuka usaha sendiri, disusul Filipina (92%), Thailand (89%), dan Malaysia (86%). Sementara itu, 71% responden Asia Pasifik bercita-cita untuk memiliki bisnis sendiri.
Diungkapkan Senior Director & General Manager Herbalife Nutrition Andam Dewi, tingginya semangat untuk berwirausaha di kalangan masyarakat Indonesia cukup menggembirakan. Namun, masih banyak anggapan bahwa memulai bisnis sendiri adalah hal yang sangat menakutkan bagi sebagian orang.
"Survei ini menghadirkan temuan-temuan yang dapat menjadi wawasan baru tentang persepsi dan sikap dalam memulai berwirausaha. Survei ini juga menjadi masukan bagi kami (perusahaan) untuk memahami bagaimana perusahaan dapat mendukung seseorang untuk melakukan lompatan dan menjadi seorang pengusaha dan menggapai mimpinya di suatu hari," katanya.
Temuan lainnya, lebih dari separuh responden di Indonesia (64%) menyebutkan bahwa mereka mengikuti instuisi untuk menentukan kapan memulai berwirausaha. Selanjutnya, apabila mereka membuka usaha, sebanyak 52% responden Indonesia lebih dimotivasi oleh keinginan untuk menyalurkan passion sekaligus menambah pendapatan.
Sementara itu, mayoritas (94%) responden di Indonesia juga merasa atau beranggapan bahwa berwirausaha akan mendatangkan kebahagiaan lebih besar bagi mereka dibanding bekerja kepada orang lain.
Yang menarik, 71% di antara mereka yang berkeinginan untuk bermimpi atau bahkan telah memiliki bisnis sendiri, bermimpi akan datang suatu hari dimana mereka dapat menghadap sang bos dan mengajukan surat pengunduran diri.
Selain mimpi dan motivasi seperti di atas, responden yang berkeinginan untuk memulai bisnisnya sendiri juga beranggapan bahwa dengan memulai atau memiliki bisnis sendiri, mereka akan memperoleh sejumlah keuntungan. Antara lain, fleksibilitas jam kerja (75%), berkesempatan untuk menambah pendapatan (69%), menjadi bos atas diri sendiri (56%), serta memiliki kepuasan dalam melakukan pekerjaan (53%).
Meskipun telah banyak manfaat dan keuntungan yang dianggap akan datang seiring dengan keberanian memulai bisnis, hampir 7 dari 10 responden beranggapan bahwa dirinya tidak pernah memiliki kesempatan untuk memulai bisnis sendiri. Sementara di lain pihak, 81% responden menyatakan bahwa mereka bingung akan banyaknya prospek bisnis yang potensial untuk dilakukan.
Ternyata, modal menjadi alasan utama untuk tidak memulai berwirausaha atau menjalankan bisnis sendiri. Mayoritas responden (76%) menyatakan bahwa permodalan menjadi faktor pertimbangan utama, sedangkan 44% responden juga menganggap minimnya pengetahuan pengelolaan keuangan dan pasar menjadi hambatan dalam memulai bisnisnya sendiri.
Sementara itu, 8 dari 10 (88%) responden Indonesia memilih untuk menggunakan uang mereka sendiri sebagai sarana pembiayaan awal untuk bisnis mereka. Hanya sebagian kecil (33%) memilih untuk menggunakan pinjaman atau sumber pendanaan dari keluarga. Sedangkan 25% responden, akan menjadikan fasilitas pinjaman untuk usaha kecil untuk membiayai bisnis baru mereka.
“Dari hasil survei tersebut menunjukkan bahwa responden di Indonesia akan berpikir matang untuk memulai bisnis baru. Tak hanya potensi penghasilan yang jelas, tapi juga perlu memikirkan biaya awal termasuk sumber dan besarannya," ucap Andam.
Lebih lanjut ia menegaskan, memulai bisnis akan selalu menghadapi manfaat dan risikonya. Oleh karena itu, penting untuk menyalurkan keahlian dan pengetahuan yang tepat guna membantu seseorang untuk memulai perjalanan kewirausahaan, seraya belajar untuk mengurangi berbagai risiko yang muncul.