Riset Accenture mengungkapkan, budaya kesetaraan mampu meningkatkan innovation mindset hingga tiga kali lipat. Budaya kesetaraan bahkan memegang peranan jauh lebih signifikan dibandikan dengan faktor geografis, demografis, atau sektor perusahaan.
Hal itu disampaikan Debby Alishinta, Managing Director Women in Accenture Sponsor di Indonesia. Menurut dia, karyawan menunjukkan pola pikir inovatif lebih kuat pada lingkungan kerja dengan budaya kesetaraan yang lebih baik. Penghargaan setara pada kemampuan pekerja laki-laki dan perempuan menjadi kunci innovation mindset yang memberi peluang besar bagi perusahaan bersaing secara global.
“Indonesia sudah merangkul diversitas atau perbedaan budaya dibandingkan negara lain. Secara global, innovation mindset lebih besar enam kali lipat ketika diversitas dikombinasikan dengan budaya kesetaraan,” papar Debby pada acara pemaparan riset Accenture #EqualityDriveinnovation di Jakarta, Jumat (22/3).
Riset Accenture #EqualityDriveinnovation melibatkan 18 ribu responden dari 27 negara, termasuk 700 responden asal Indonesia. Riset difokuskan pada dampak budaya terhadap lingkungan yang mendorong pada perkembangan dan kemampuan inovasi perusahaan.
Indonesia saat ini menduduki urutan ke-85 dalam Indeks Inovasi Dunia. Secara positif, #EqualityDriveinnovation mengungkap bahwa pentingnya inovasi sudah oleh 95 persen pimpinan perusahaan, dan 96 persen karyawan menyatakan ingin menjadi lebih inovatif. Data kualitatif di Indonesia juga menyebutkan, 80 persen organisasi dan memungkinkan karyawan menjadi inovatif dalam bekerja.
Selaras dengan hasil riset, imbuh Debby, Accenture menyampaikan bahwa jika setiap negara meningkatkan innovation mindset hingga 10 persen, maka produk domestik bruto global dapat meningkat hingga mencapai $8 triliun di tahun 2028.
Maya Juwita, Executive Director Indonesia Business Coallition for Women (IBCWE) menyatakan #EqualityDriveinnovationdapat menjadi satu lagi landasan bagi pemerintah untuk mendorong pelaku bisnis memberi kesemnpatan yang sama bagi perempuan. “Era disrupsi membuat banyak perusahaan pailit. Perempuan yang paling banyak kehilanagan pekerjaan karena mereka kebanyakan tergolong lost skill,” ujarnya.
Sementara Pemimpin Redaksi Femina dan Editorial Director Prana Group Petty S Fatimah mengatakan, kesetaraan dalam perusahaan akan memberikan kesempatan lebih banyak bagi perempuan untuk menduduki posisi strategis. ()