MIX.co.id - Sebagai bentuk komitmen untuk terus berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif, PT Unilever Indonesia, Tbk. menggelar webinar bertajuk “Creating Positive Vibes at Work: Tolerance is Key”. Kali ini, Unilever menggandeng Campus Marketeers Club untuk menggelar webinar yang melibatkan lebih dari 300 mahasiswa dari berbagai wilayah Indonesia.
Webinar ini membekali para mahasiswa dengan kesadaran mengenai isu yang harus mereka prioritaskan saat mulai memasuki lapangan kerja nanti, yaitu pentingnya bekerja di dalam lingkungan yang memiliki vibes positif dengan mengedepankan nilai-nilai kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas.
Diungkapkan Kristy Nelwan, Head of Communication Unilever Indonesia, “Sejalan dengan strategi ‘The Unilever Compass’, Unilever berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Komitmen ini diwujudkan melalui berbagai upaya dan langkah nyata untuk turut berpartisipasi menegakkan kesetaraan, keberagaman dan inklusivitas di lingkungan tempat kami beroperasi.”
Bagi Unilever Indonesia, lanjutnya, ada Equity, Diversity, and Inclusion Board yang bertugas menjalankan dan memonitor berbagai upaya perusahaan, seperti webinar hari ini (24/6) yang bertujuan agar para mahasiswa selaku Gen Z—yang akan mendominasi angkatan kerja di masa depan—untuk semakin peka dan berani mengambil aksi nyata menindaklanjuti segala bentuk intoleransi yang mungkin mereka hadapi nanti.”
Pada kesempatan yang sama, Tara de Thouars, BA, M. Psi. selaku Psikolog Klinis Dewasa menegaskan, “Gen Z adalah generasi yang sangat terbuka dengan perbedaan. Penelitian McKinsey&Company menunjukkan beberapa kategori perilaku Gen Z yang membedakannya dengan generasi-generasi sebelumnya. Salah satunya adalah Undefined ID, dimana generasi ini menghargai setiap individu tanpa memberi label tertentu dan memiliki keterbukaan yang besar untuk memahami keunikan tiap individu. Perilaku ini tentunya akan turut mempengaruhi mereka saat mencari pekerjaan.”
Studi yang dilakukan oleh Randstad Workmonitor tahun 2022 menunjukkan bahwa 41% dari Gen Z yang tersebar di wilayah Eropa, Asia Pasifik, dan Amerika lebih memilih menganggur dibandingkan tidak bahagia di tempat kerja. Terlihat pula bahwa salah satu tolok ukur dari kebahagiaan bagi Gen Z adalah betapa prinsip keseteraan, keberagaman, dan inklusivitas dapat ditegakkan di tempat kerja, dimana 41% responden mengaku tidak akan memilih tempat kerja yang tidak mempromosikan keragaman dan inklusivitas. “Hal ini menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan saat mereka mengakuisisi talenta baru, yaitu bagaimana toleransi dapat dibangun menjadi sebuah budaya di setiap level organisasi,” katanya.
Nyatanya, salah satu bentuk intoleransi yang masih kerap terjadi adalah workplace bullying, yaitu serangkaian perilaku yang dilakukan secara sengaja dan berulang untuk mengintimidasi, menjatuhkan, atau menyakiti orang lain di tempat kerja. Contohnya kekerasan fisik, verbal, pengucilan/pemboikotan, sabotase pekerjaan, dan lainnya. Workplace bullying bisa dilakukan secara langsung, maupun secara online (via telepon, atau cyberbullying).
Tara pun berbagi tips untuk menghadapi workplace bullying. Di antaranya, tetap tenang, atasi masalah secara langsung, laporkan pada atasan atau HRD, dokumentasikan, jangan ragu untuk berbicara dengan orang lain, serta jaga rasa percaya diri dan pikiran positif.
Kristy menambahkan, “Sebagai perusahaan yang memiliki zero tolerance terhadap workplace bullying, Unilever Indonesia menindak tegas perilaku langsung maupun tidak langsung yang menyinggung, mengintimidasi, atau menghina - termasuk segala bentuk pelecehan atau bullying, baik antar individu ataupun kolektif. Kebijakan ini diatur dalam kode etik berbisnis yang dinamakan Respect, Dignity & Fair Treatment (RDFT), berlandaskan kepercayaan bahwa bisnis hanya dapat berkembang di tengah masyarakat, di mana hak asasi manusia dihormati, dijunjung tinggi, dan dikedepankan.”
Bahkan, untuk aksi workplace bullying, Unilever Indonesia memiliki jalur pengaduan khusus yang disebut Speak-Up Channel, sebuah Whistleblower System dengan jaminan kerahasiaan penuh sebagai salah satu sarana bagi karyawan untuk menyampaikan adanya penyimpangan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku. Perusahaan juga aktif mendorong karyawan untuk bertanggung jawab dan berinisiatif jika melihat potensi pelanggaran.