Mayoritas Konsumen dan UMKM Bertransaksi Non-Tunai Pertama Kali dengan GoPay

MIX.co.id - GoPay sebagai platform pembayaran digital milik GoTo Group, tercatat berhasil menjadi pintu inklusi keuangan bagi konsumen Indonesia yang unbanked dan underbanked. Hal itu terungkap dalam hasil studi “Peran GoTo Financial terhadap Inklusi Keuangan Indonesia Tahun 2021“ yang dirilis Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), pada awal Oktober ini.

Dipaparkan Turro Wongkaren, Ph.D., Kepala LD FEB UI, studi ini dilakukan kepada 7.355 responden yang terdiri dari 5.639 konsumen (pengguna layanan GoTo Financial) dan 1.716 merchant UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) GoTo Financial yang tersebar di 21 kota di Indonesia, dengan periode survey sebelum pandemi atau sebelum Maret 2020.

Ada sejumlah fakta menarik yang terungkap dari studi ini. Fakta pertama, 1 dari 5 konsumen GoPay tidak memiliki atau tidak menggunakan rekening bank secara aktif (underbanked). Dan, GoPay menjadi eksposur pertama mereka terhadap produk keuangan digital. Sementara itu, 1 dari 4 konsumen yang belum pernah terekspos jasa perbankan (unbanked), saat ini memakai produk dan layanan perbankan, setelah mereka menggunakan GoPay. Bahkan, ada 72% responden yang mengaku tidak memiliki layanan perbankan lain, selain GoPay atau GoPayLater.

Fakta kedua, GoPay menjadi e-money pertama yang digunakan konsumen Indonesia untuk bertransaksi non-tunai. Hal itu ditandai dengan 46% konsumen yang mengaku pertama kali melakukan transaksi non-tunai dengan GoPay. Selain itu, 62% konsumen mengaku merasa terbantu dengan layanan GoPay, karena tidak harus datang secara fisik ke bank atau ATM.

Fakta ketiga, Hampir sepertiga konsumen (27%), ingin membuka akun bank melalui GoPay. Bahkan, ada 31% konsumen yang ingin melakukan investasi melalui platform aplikasi GoPay. Selanjutnya, disusul keinginan 25% konsumen untuk buka rekening di bank digital melalui GoPay serta mengajukan pinjaman melalui GoPay (24%).

Fakta keempat, 3 dari 5 konsumen atau 62% yang berinvestasi digital, menggunakan GoPay untuk melakukan investasi. Adapun jenis investasi yang dilakukan konsumen dengan menggunakan GoPay adalah reksadana (46%), emas digital (39%), dan cryptocurrency (25%). Sementara itu, mayoritas konsumen (79%) mengaku menggunakan GoPay untuk berinvestasi digital lantaran dinilai mudah. Sisanya, 54% mengaku sistem GoPay aman, 40% mengaku bisa mulai investasi dengan GoPay dalam jumlah kecil, 32% mengaku menguntungkan, dan 28% mengaku produk investasi terjamin.

Fakta kelima, pengguna investasi digital GoPay datang dari berbagai segmen masyarakat, mulai dari yang tidak berpenghasilan sampai berpenghasilan di atas Rp 10 juta, hingga segmen masyarakat yang berpendidikan SD ke bawah sampai perpendidikan tinggi. “Segmen konsumen yang berpendapatan di atas Rp 10 juta memang menjadi pengguna investasi digital GoPay yang paling banyak, yakni mencapai 46%. Begitu juga segmen masyarakat yang berpendidikan tinggi, menjadi pengguna investasi digital GoPay yang paling banyak, yakni mencapai 30%,” paparnya.

Fakta keenam, mayoritas masyarakat low-income yang tidak punya kartu kredit (83%), memilih PayLater sebagai satu-satunya akses layanan pasca-bayar. Adapun pengguna GoPaylater terbanyak adalah konsumen dengan penghasilan Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta per bulan. Selanjutnya, GoPaylater digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti bayar layanan Gojek (80%), bayar tagihan (54%), dan belanja online (33%).

Fakta menarik lainnya adalah GoPay tidak hanya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam layanan keuangan, namun juga turut membantu mitra UMKM dalam meningkatkan omzet dan membantu meningkatkan efisiensi, seperti mengurangi biaya operasional.

Terungkap juga, 3 dari 5 merchant pertama kali menerima pembayaran digital untuk bisnisnya dengan GoPay. Adapun alasan merchant menggunakan GoPay karena banyak digunakan konsumen (70%) dan banyak usaha yang menggunakan GoPay (59%).

Wakil Kepala LD FEB UI, Dr. Paksi C.K Walandouw mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil temuan riset ini, dapat diperkirakan bahwa di tahun 2021 omzet mitra UMKM di ekosistem GoTo Financial akan meningkat 37% atau sekitar Rp 53,2 triliun jika dibandingkan dengan tahun 2020.

“Peningkatan omzet mitra di tahun 2021 menandakan solusi platform digital mampu membantu UMKM bertumbuh sekaligus sinyal pemulihan ekonomi. Pertumbuhan ini saya rasa akan bisa semakin diperkuat karena produk-produk GoTo Financial juga mengubah persepsi sosial masyarakat terhadap layanan keuangan formal, di mana kini mayoritas pelaku UMKM menjadi lebih percaya dengan produk keuangan dan optimis terhadap potensi usaha digital,” tutup Paksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)