MIX.co.id – McAfee Enterprise, perusahaan yang fokus pada keamanan siber enterprise, mengungkapkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada banyaknya kantor yang menyesuaikan sistem keamanan layanan cloud dengan pola kerja fleksibel para karyawannya. Hal ini ternyata membuka celah baru bagi para penjahat siber.
“Pelaku bisnis harus mulai mengadopsi sistem keamanan baru yang bisa mengimbangi pola kerja fleksibel dan terpencar-pencar,” ujar Jonathan Tan, Managing Director Asia at McAfee Enterprise.
“Contohnya menggunakan pendekatan zero-trust, atau mulai dari langkah mudah misalnya memberikan pemahaman akan ancaman keamanan siber kepada para karyawannya yang sehari-hari menggunakan layanan cloud untuk bekerja,” imbuhnya seperti dalam rilis yang diterima redaksi pada Senin (11/10), di Jakarta.
Di kuartal II-2021, menurut laporan McAfee, layanan jasa keuangan/finansial, merupakan sektor yang paling sering mengalami serangan cloud, diikuti sektor kesehatan, manufaktur, ritel dan jasa profesional. Layanan jasa keuangan ini menjadi sasaran lebih dari 50% serangan cloud yang terjadi, terutama di negara AS, Singapura, Tiongkok, Perancis, Kanada dan Australia.
Di AS, serangan cloud terhadap berbagai sektor vital mencapai 34% dari keseluruhan serangan keamanan siber, sedangkan di Inggris menurun 19%. Serangan siber terbanyak dilaporkan di AS, mencapai 52% dari seluruh serangan di dunia, diikuti negara lainnya yaitu India, Australia, Kanada dan Brasil.
Lebih lanjut, dalam laporan Advanced Threat Research Report: October 2021, terungkap bahwa penjahat siber menciptakan jenis ancaman dan taktik baru untuk menyerang berbagai lembaga vital meliputi pemerintahan, jasa keuangan dan juga hiburan.
Raj Samani, McAfee Enterprise fellow dan Chief Scientist mengatakan, ransomware sudah berkembang jauh melampaui pendahulunya. “Nama-nama seperti REvil, Ryuk, Babuk dan DarkSide sudah mulai terdengar di publik. Dampaknya, para penjahat siber ini berhasil mendapatkan jutaan dolar dari korbannya,” tuturnya. Salah satunya serangan terhadap Colonial Pipeline yang menyebabkan terjadinya kelangkaan suplai bahan bakar fosil di AS.
Sektor yang menjadi sasaran utama ransomware adalah lembaga pemerintahan, diikuti berbagai badan usaha milik negara seperti telekomunikasi, energi, serta media & komunikasi. Ransomware yang paling sering terdeteksi berasal dari keluarga REvil/Sodinokibi, dengan 73% dari seluruh serangan ransomware yang terjadi di kuartal II-2021.
Teknik yang paling sering digunakan adalah Malware.Spam menunjukkan peningkatan paling besar yaitu 250% dibanding kuartal sebelumya, terutama lewat email, diikuti dengan Script Jahat (125%) dan Malware (47%). ()