Pemilu 2024 Tingkatkan Risiko Kecemasan dan Depresi

MIX.co.id – Pemilu 2024 meningkatkan risiko mengalami kecemasan antara 1,6 hingga 2,7 kali serta 3 kali lebih besar berisiko mengalami depresi sedang-berat.

Data ini didasarkan hasil studi observasional terkait Kesehatan Jiwa dan Pemilu yang dilakukan oleh Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa.

“Prevalensi kecemasan dan depresi pada Pemilu 2024 ini lebih tinggi dibanding data hasil Riskesdas 2018 dan Direktorat Keswa Kemenkes 2022,” ujar Ray Wagiu Basrowi, Ketua Tim Peneliti dan Inisiator Kaukus, dalam pemaparan “Hasil Studi Status Kesehatan Jiwa Selama Pemilu 2024” yang diadakan di Jakarta, Rabu (28/2).

Menurut Ray, data sebelum pemilu menunjukkan angka depresi sedang-berat 6% dan gangguan emosi termasuk ansietas sedang dan berat 9,8%.

“Jadi terlihat memang meningkat bila dibandingkan temuan kami yang dilakukan tepat sesaat setelah hari pencoblosan, yaitu antara 14 hingga 16 Februari 2024,” ungkapnya.

“Terlihat bahwa risiko nya pun semua terkait dengan persepsi kesehatan jiwa yang berhubungan dengan proses partisipasi Pemilu,” imbuh Ray, yang juga Ketua Health Collaborative Center.

Studi melibatkan 1.077 responden, berasal dari 29 provinsi dan luar negeri di mana 71% responden berpartisipasi aktif dan sangat aktif dalam seluruh proses Pemilu 2024.

Survei secara metodologis memiliki tingkat kepercayaan sebesar 95% dan margin of error 2%, sehingga bisa dikatakan kredibel dan mewakili kondisi di masyarakat Indonesia.

Studi ini juga menemukan bahwa risiko yang muncul terkait proses dan partisipasi Pemilu 2024 meningkatkan potensi kecemasan sebesar 2 kali dan risiko depresi hingga 3 kali lipat.

Selain menemukan tingkat kecemasan dan depresi, studi ini juga menemukan bahwa Pemilu 2024 berhubungan erat dengan munculnya konflik diri, konflik eksternal dan tekanan pihak lain dalam membuat pilihan.

Aspek konflik dengan pihak lain terbukti berpotensi menimbulkan depresi sedang-berat pada 31,3% responden dengan tingkat risiko 2,5 kali lipat. Sementara itu, 4 dari 10 responden mengaku mendapat tekanan ketika harus memilih calon tertentu sehingga berisiko depresi sedang-berat hingga 3,3 kali lebih besar.

Menurut inisiator Kaukus Prof. Nila F Moeloek, temuan ini menunjukkan bahwa perlu ada intervensi dan mitigasi khusus di masyarakat. Orientasinya adalah mencegah supaya kecemasan dan depresi tidak memberat.

“Karena kita ketahui ansietas dan depresi ini adalah pintu masuk untuk gangguan jiwa serius bahkan bisa fatal, jadi dicegah,” ungkapnya.

Terkait temuan studi, tim peneliti Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa merekomendasikan agar pemerintah dan segenap komponen masyarakat perlu menjadikan suasana komunitas untuk tidak berlarut-larut membahas aspek konflik dan perbedaan politik pasca Pemilu. Sebaliknya, perlu ada sudut pandang positif agar situasi pasca pemilu menjadi nyaman.

Kaukus juga merekomendasikan penting adanya penguatan akses pelayanan kesehatan jiwa di tingkat komunitas dan layanan primer, termasuk membuka potensi konseling di Puskesmas. ()

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)