Pemanfaatan teknologi digital sejatinya ikut mendukung sektor industri dalam pengambilan keputusan yang cepat, akurat, dan berwawasan berdasarkan data real-time. Pemanfaatan teknologi digital juga akan meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan melalui pengelolaan risiko bisnis dan operasional yang efektif.
Oleh karena itu, strategi pengelolaan asset digital menjadi faktor krusial untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja asset; melakukan tindakan preventif sebelum terjadi kegagalan operasional melalui kemampuan analisis prediktif; meningkatkan keamanan dan keselamatan staf dan asset; serta meningkatkan efisiensi biaya perbaikan atau penggantian asset akibat kerusakan secara tiba-tiba.
Demikian sejumlah isu yang dikupas dalam program media virtual bertajuk “Optimalisasi Asset Digital untuk Percepatan Pemulihan Bisnis Pasca Pandemi” yang digelar Schneider Electric Indonesia, pada hari ini (24/3). Pada kesempatan itu, dihadirkan sejumlah pembicara, yakni Bambang Riznanto, Fungsional Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Jasa Industri Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian Republik Indonesia; Wilbertus Darmadi, Chief Information Officer Toyota Astra Motor; Ronny Siswanto, Head of IT Enterprise Sales Schneider Electric Indonesia; dan Fadli Hamsani, Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia.
Diungkapkan Fadli Hamsani, Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia, terdapat empat faktor yang harus dipenuhi dalam strategi pengelolaan asset digital. Di antaranya, memastikan ketersediaan (availability) infrastruktur edge dalam kegiatan operasional secara real time dan transparan, memiliki sistem backup and recovery plan yang terintegrasi, memastikan adanya perlindungan sistem dan peralatan listrik yang baik untuk menjaga performa asset; dan memiliki sistem keamanan fisik dan edge yang terbaik.
“Schneider Electric bekerja sama dengan AVEVA menyediakan solusi Asset Strategy Optimization yang membantu sektor industri dalam meningkatkan kinerja aset. Perangkat lunak ini menghasilkan strategi pengelolaan dan pemeliharaan asset digital yang dioptimalkan disesuaikan dengan strategi dan tujuan bisnis perusahaan. Solusi Asset Strategy Optimization telah terbukti dapat menekan CAPEX hingga 30 persen, mengurangi biaya pemeliharaan dan pengawasan hingga 50 persen dan biaya suku cadang hingga 25 persen, serta meningkatkan kinerja asset hingga15 persen,” papar Fadli.
Sementara itu, IDC memprediksi pengeluaran perusahaan dalam Internet of Things (IoT) secara global akan mencapai tingkat pertumbuhan dua digit pada tahun 2021, di mana para pelaku bisnis memetakan perjalanan transformasi digitalnya menuju pemulihan bisnis. Semakin canggih teknologi berbasis IIoT seperti robotics dan Artificial Intelligence, maka menimbulkan tantangan baru dalam mencari solusi terbaik untuk pemrosesan dan penyimpanan data IIoT dalam jumlah besar.
Ditambahkan Ronny Siswanto, Head of IT Enterprise Sales Schneider Electric Indonesia, “Di era edge computing, edge data center memiliki peranan sangat penting dalam lingkungan kegiatan operasional yang berbasis perangkat IoT, di mana tuntutan akan koneksi jarak jauh yang lebih cepat antara data center atau cloud dengan perangkat kerja jarak jauh dan kolaborasi lintas batas semakin tinggi. Hal ini berarti orang dan bisnis semakin bergantung pada data center dalam pengelolaan data di lingkungan operasionalnya. Untuk membangun edge data center yang andal dan berkelanjutan dibutuhkan standardisasi dan integrasi, peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, teknologi yang mumpuni, pengawasan dan tata kelola data center yang terencana, dan sistem keamanan yang disesuaikan dengan kebutuhan.”
Lebih jauh ia menerangkan, dalam rangka mendukung pengelolaan data di edge, Schneider Electric memiliki tiga solusi edge data center yang akan menjawab tantangan akan keterbatasan sumber daya manusia, keamanan, efisiensi dan sustainability, yaitu EcoStruxure Micro Data Center, EcoStruxure IT Expert dan Monitoring & Dispatch Services.
Ditambahkan Wilbertus Darmadi, Chief Information Officer Toyota Astra Motor, “Toyota Astra Motor telah memulai transformasi digital sejak beberapa tahun lalu dalam rangka mendukung strategi jangka panjang perusahaan. Tujuannya, untuk menjadi mobility company yang tidak hanya berfokus pada produk, namun juga layanan yang akan memudahkan konsumen melakukan mobilitas kesehariannya.”
Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan infrastruktur dan jaringan back-end yang andal, terintegrasi, efisien, sustainable, dan dapat diskalakan. “Salah satu yang menjadi fokus kami adalah pengelolaan data center dan kami mempercayakannya kepada solusi data center dari Schneider Electric,” ucapnya.
Menurut Darmadi, transformasi Digital dibutuhkan untuk keberlanjutan bisnis. Pandemi Covid-19 telah mendorong transformasi digital yang lebih cepat dan memaksa perusahaan untuk mengubah dan mencari cara baru dalam menjalankan bisnis dan berinteraksi dengan konsumennya. “Pimpinan perusahaan harus segera memulai dan memastikan kesuksesan dari transformasi digital tersebut. Infrastruktur back-end dan strategi pengelolaannya merupakan pondasi penting dalam kesuksesan transformasi digital,” yakinnya.