Dalam tiga bulan terakhir ini, e-wallet makin menjadi pilihan utama konsumen dalam melakukan pembayaran di gerai-gerai belanja online dan offline. Merujuk studi yang dilakukan Snapcart selama tiga bulan (Juni-Agustus 2020) terhadap 1.000 responden, terungkap bahwa transaksi menggunakan e-wallet dinilai lebih aman dan sesuai protokol kesehatan ketika pandemi Covid-19 belum usai.
Dikatakan Astrid Williandry, Direktur Snapcart Indonesia, “Sebagai salah satu pemain di tengah sederet penyedia fitur layanan keuangan elektronik, ShopeePay saat ini merupakan e-wallet yang memiliki laju pertumbuhan paling pesat dari awal tahun 2020 ini. Hasil survei online ini juga menunjukkan bahwa ShopeePay merupakan e-wallet yang mengalami pertumbuhan paling pesat, jauh di atas OVO, GoPay, Dana, dan LinkAja.”
Menurutnya, hal itu didukung oleh gencarnya strategi ShopeePay dalam menjangkau dan memperoleh konsumen baru. Salah satunya melalui kelengkapan fitur dan menambah jangkauan merchant di seluruh Indonesia. “Selain itu, integrasi ShopeePay dalam aplikasi Shopee yang sekarang sudah menjadi e-commerce terbesar di Indonesia pun mendukung keberhasilan ini,” yakinnya.
Masih merujuk hasil studi tersebut, ternyata dalam tiga bulan terakhir ini, ShopeePay menjadi brand aplikasi dompet digital dengan user atau pengguna terbesar (68%). disusul oleh OVO (56%) dan GoPay (56%) yang bersaing ketat, Dana (42%), dan LinkAja (19%). “Lima brand itu paling populer, karena mereka gencar melakukan promosi dan menjalin kerja sama dengan banyak merchant sehingga dikenal oleh konsumen,” tutur Astrid.
Selain menjadi e-wallet dengan jumlah pengguna terbesar, ShopeePay juga tercatat memiliki pangsa pasar jumlah transaksi paling tinggi, yakni 32% dari total jumlah transaksi e-wallet di Indonesia. Diikuti OVO (25%), GoPay (20%), DANA (16%), dan LinkAja (8%).
Bahkan, ShopeePay juga mencatatkan pangsa pasar total nilai transaksi terbesar, yakni 34% dari total nilai transaksi e-wallet di Indonesia. Selanjutnya, diikuti oleh OVO (25%), GoPay dan DANA yang bersaing ketat di angka masing-masing 16% dan 17%, dan LinkAja (9%).
Menurut Astrid, dengan jaringan ratusan ribu merchant di seluruh Indonesia dalam berbagai kategori, dari makanan, minuman, fashion, ritel, logistik, hingga kegiatan sosial seperti donasi, membuat bisnis ShopeePay melaju pesat dan hadir di setiap lini kehidupan konsumen.
“Selain itu, banyak brand terkenal juga telah menjalin kerja sama dengan ShopeePay, di antaranya McDonald’s, Burger King, Excelso, Kopi Kenangan, Alfamart, Superindo, Ramayana, dan lain-lain,” katanya.
Hal yang mendukung ShopeePay bisa melejit menjadi e-wallet dengan total jumlah transaksi terbesar, diakui Astrid, tidak hanya karena jumlah pengguna yang paling banyak. Melainkan, juga tingginya frekuensi pemakaian ShopeePay dibandingkan dengan pemain e-wallet lainnya. Frekuensi transaksi bulanan ShopeePay di 9,1 kali per bulan, jauh di atas dua pesaing terdekatnya, OVO (8,6 kali per bulan) dan GoPay (6,9 kali per bulan).
“Tingginya frekuensi penggunaan ShopeePay juga menunjukkan kenyamanan para pengguna dalam menggunakan e-wallet ini. Pengalaman belanja online yang seamless dan menawarkan cara bertransaksi non-tunai secara aman, efektif, dan efisien membuat para pengguna ingin merekomendasikan ShopeePay,” lanjut Astrid.
Hal ini tercermin dari hasil survei, di mana 33% responden pun lebih memilih ShopeePay sebagai merk e-wallet yang paling direkomendasikan, diikuti OVO (26%), Dana (20%), GoPay(16%), dan LinkAja (5%).
“Menurut kami, ShopeePay unggul karena sangat masif menawarkan berbagai layanan promo. Selain dapat digunakan untuk pembayaran online, ShopeePay juga dapat digunakan untuk melakukan pembayaran offline di gerai-gerai. Di sisi lain, metode pembayaran menggunakan e-wallet diyakini juga merupakan solusi aman bertransaksi di masa pandemi. Sehingga e-wallet ini yang paling disukai konsumen dan paling banyak digunakan karena multi solutif dan memudahkan,” tutup Astrid.
