Revolusi Industri 4.0 menuntut hampir semua industri untuk melakukan transformasi digital. Tanpa terkecuali, industri Makanan dan Minuman (Mamin), yang juga turut menghadapi disrupsi di era digital seperti sekarang.
Schneider Electric, perusahaan global dalam transformasi digital di pengelolaan energi dan otomasi, menyadari fenomena yang terjadi di industri Mamin. Oleh karena itu, Schneider menggelar program edukasi “Schneider Electric Innovation Days: SmartFood Indonesia 2019” selama dua hari (10-11 Juli 2019), di Jakarta.
Mengusung tema “Embracing Digital Transformation to Deliver Economic Value to Your Business”, menghadirkan sejumlah pembicara pakar antara lain Stefanus Indrayana, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI).
Selama dua hari penyelenggaraan, Schneider Electric juga menampilkan solusi komprehensif EcoStruxure™ untuk industri makanan dan minuman, yaitu EcoStruxure Augmented Operators Advisor, EcoStruxure Machine Advisor, dan EcoStruxure Asset Advisor.
Dijelaskan Luc Remont, Executive Vice President International Operations Schneider Electric, “Transformasi digital di industri makanan dan minuman membutuhkan strategi yang komprehensif dan harus menyentuh setiap tahapan perjalanan produk untuk dapat menjawab tantangan masa depan dan menjadikannya sebagai nilai lebih dalam meningkatkan reputasi perusahaan.”
Menurutnya, di era digital, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi para pelaku bisnis di industri Mamin. Di antaranya, tantangan konsumen kelas menengah yang semakin menuntut produk yang sehat dan ramah lingkungan; disrupsi digital yang mengubah interaksi konsumen terhadap produk; persaingan harga yang semakin ketat menuntut kontrol biaya Capex dan Opex yang lebih efektif; dan standard regulasi keamanan pangan dunia yang semakin tinggi termasuk, pengawasan terhadap kualitas produk dan jaringan distribusi rantai pasok.
“Semua tantangan itu dapat dijawab dengan transformasi digital. Dan Schneider Electric akan siap menjadi mitra dalam membantu pelaku industri makanan dan minuman dalam mempersiapkan strategi transformasi digitalnya,” terang Luc, pada hari ini (10/7), di Jakarta.
Sementara itu, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), tantangan jangka panjang industri Mamin adalah memastikan ketersediaan pasokan makanan dan minuman yang jumlahnya harus ditingkatkan hingga 60-70% untuk dapat memenuhi permintaan populasi global yang akan mencapai 9 miliar pada tahun 2050 mendatang.
Dipaparkan Stefanus, sektor Makanan dan Minuman merupakan salah satu sektor penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sepanjang 2018, industri makanan dan minuman tumbuh 7,91 persen atau mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen di tengah berbagai tantangan ekonomi.
”Namun, berbicara tentang percepatan industri 4.0 di sektor ini, harus diakui bahwa transformasi digital masih didominasi oleh perusahaan besar. Sementara Usaha Kecil Menengah (UKM) masih membutuhkan lebih banyak edukasi karena mereka mempersepsikan bahwa investasi teknologi masih terhitung mahal. Padahal dengan digitalisasi, proses produksi lebih efisien 30-40 persen. Tidak hanya edukasi, diharapkan pemerintah dan perbankan juga dapat memberikan insentif bagi UKM berupa fasilitas pendanaan,” ungkap Stefanus.
Pada kesempatan itu, Xavier Denoly, Country President Schneider Electric Indonesia, mengajak pelaku industri makanan dan minuman di Indonesia untuk segera mengambil langkah berani dalam melakukan digitalisasi dan menekankan bahwa transformasi digital dapat dilakukan secara bertahap dan menggunakan solusi dengan platform terbuka.
Menurutnya, ada empat area penting yang perlu menjadi fokus dalam transformasi digital di industri Mamin. Pertama, Smart manufacturing, yakni meningkatkan efisiensi produksi sekaligus meningkatkan fleksibilitas dengan mengintegrasikan perangkat, mesin, dan proses dengan perangkat lunak inovatif. Dengan demikian, staff dapat mengoperasikan proses produksi dengan lebih efisien, didukung oleh data real-time, sehingga memungkinkan perusahaan merespons kebutuhan pelanggan yang terus berkembang.
Kedua, Smart Facilities, yang memastikan bangunan dan sumber daya lainnya aman, tersedia, efisien, dan ramah lingkungan. Fasilitas pabrik yang pintar, aman, dan efisien dengan fasiltias penyimpanan yang memadai dapat mengurangi jejak karbon perusahaan yang akhirnya meningkatkan produktivitas dan profitabilitas. Hal ini karena fasilitas pabrik pintar memungkinkan penilaian performa peralatan mesin secara real-time, prediksi perawatan, dan konsumsi daya untuk memastikan pasokan yang efisien.
Ketiga, Smart Food Safety, yakni meminimalisir kesalahan manusia (human error) seperti kontaminasi dan kesalahan pelabelan, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan dan keterlacakan secara menyeluruh (end-to-end) untuk melindungi reputasi perusahaan dan mendapatkan kepercayaan konsumen.
Keempat, Smart Supply Chain, yakni mengoptimalkan dan meningkatkan visibilitas rantai pasok. Mulai dari ketersedian bahan baku hingga distribusi produk ke tangan konsumen akhir, sehingga dapat mengurangi biaya logistik perusahaan.