"Dengan harapan memenangkan pelanggan baru, akan banyak brand dan perusahaan kecantikan yang menggunakan teknologi dan sains dengan cara yang inovatif. Beberapa brand kecantikan besar telah mengintegrasikan AI dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara personalized dan penggunaan teknologi canggih seperti alat terapi kulit berbasis LED. Sebagai contoh, sebuah perusahaan sanitary napkin menggunakan technology chip untuk me-release probiotik pada permukaan sanitary pads untuk menjaga kesehatan vaginal dan memberikan efek hangat yang berfungsi untuk menenangkan menstrual cramp," urai Kilala.
Pasar teknologi kecantikan diperkirakan akan terus berkembang pesat. Menurut Statista, hal ini diperkirakan akan terus meningkat selama lima tahun ke depan, bahkan mencapai nilai sekitar $8,93 miliar pada tahun 2026 mendatang.
Sementara untuk tren warna, Dr. Kilala Tilaar mengungkapkan bahwa tren warna untuk tahun 2025 memadukan elemen teknologi, alam, dan pengalaman manusia, yang mencerminkan interaksi yang berkembang antara unsur-unsur ini. Secara garis besar paduan kesemuanya ini menciptakan keseimbangan yang harmonis antara hal yang bersifat cutting-edge, organik, dan yang berpusat pada manusia sehingga menghasilkan palet warna yang inovatif dan menenangkan seperti Biru, Kuning, Soft Pink, Merah Bold, Oranye, Earthy Green.
Penerapan Sustainability di Martha Tilaar
Terkait tren sustainability di industri kecantikan, diakui Kilala, Martha Tilaar telah menerapkan sustainability ini sejak 30 tahun terakhir. Terbukti, Martha Tilaar juga dapat juga award dari United Nations mengenai masalah sustainability.
"Di tahun 2000, Ibu Martha Tilaar terpilih sebagai satu-satunya wanita pada waktu itu untuk mendirikan gerakan UN Global Compact atau PBB punya Global Compact yang dibangga-banggakan negeri Barat. Jadi Ibu Marta salah satu pengagasnya, karena dilihat bahwa Ibu Marta ini adalah orang yang percaya terhadap sustainability. Martha Tilaar banyak melakukan kegiatan-kegiatan, dengan WWF 20 tahun, kami melakukan penanaman ulang hutan harapan, kami membersihkan kali, dan sebagainya," ceritanya.
Sementara itu, secara produk, Martha Tillar sudah menerapkan formulasi-formulasi yang biodegradable. Contoh satu action yang Martha Tilaar lakukan sebelum orang-orang lakukan adalah microbeads atau scrub yang biasanya itu dari plastik diganti dengan apricot seed. Nah, plastik itu tidak bisa terurai masuk ke selokan kita, masuk ke sungai. Sungai, masuk ke laut. Dan ikan-ikan yang kita makan hari ini itu banyak terkontaminasi dengan si plastik-plastik tersebut.
"Nah, 2012, kami sudah mengubah itu dengan apricot seed misalnya, atau dengan biji kopi misalnya. Itu adalah salah satu tindakan kami untuk bagaimana kita nggak mencemari produk-produk lingkungan," yakinnya.
Kemudian Martha Tilaar juga menerapkan sustainability untuk bahan baku. Kami melakukan tanaman organik di kampung jamu organik yang di Sukabumi, kerja sama dengan BRIN. Kami mengkoleksi kurang lebih 700 spesies langka sekarang yang bermanfaat untuk tanaman obat, aromatik, dan kosmetik. "Nah, di kampung jamu ini kami menerapkan sistem organik, supaya jangan merusak lingkungan," ucapnya.
Terkait kemasan, lanjutnya, Martha Tilaar sejak 2019, sebelum Covid, sudah menginisiasi kemasan daur ulang dari plastik-plastik bekas, yang dikumpulkan dari pemulung-pemulung yang memang sudah menjadi rekanan. "Sehingga, setiap botol kemasan produk kami sudah di-mix, antara bahan recycle dan plastik. Nah, kenapa nggak bisa 100% daur ulang? Karena biji plastik itu karakteristiknya, kalau dipakai berkali-kali, packaging-nya itu nggak tahan, jadi dia akan meleyot gitu. Jadi, memang harus tetap dicampur atau di-mix. Kami terus berupaya paling tidak komposisinya 50:50," ia menjelaskan.
Sementara itu, untuk clean beauty, Martha Tilaar telah menerapkannya sejak 2011. Martha Tilaar telah mereformulasi 1.300 SKU untuk clean beauty. Bahkan, kemasan Sari Ayu, semuanya ditulis berapa persen kadar natural-nya," pungkas Kilala, yang disertasinya atau penelitian doktoral-nya mengambil tema sustainability.