TOKO FISIK KEMBALI BERJAYA, E-COMMERCE BERADAPTASI

Di era digital, toko fisik menunjukkan ketahanannya dengan bangkit pasca-pandemi. Konsumen kembali mencari pengalaman belanja langsung, mendorong e-commerce untuk berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan pasar yang dinamis.

.

.

Perilaku konsumen itu ibarat angin, berubah arah tanpa banyak memberi tanda. Ingat zaman ketika belanja online jadi rajanya dunia ritel? Itu dulu. Sekarang, siapa sangka, toko fisik kembali menjadi primadona.

Cerita ini bermula dari Sosandar, retailer fashion wanita dari UK yang merencanakan pembukaan hingga delapan toko di kota-kota berpendapatan tinggi. Ironis, bukan? Di era digital yang gemilang, ternyata sentuhan fisik masih dicari.

Ali Hall dan Julie Lavington, pendiri Sosandar, punya pandangan tajam terhadap pasar. Mengapa hanya bermain di 40% pasar online, ketika 60% lainnya masih terbuka lebar di dunia nyata? Jawabannya sederhana, namun penuh keberanian: kenapa tidak?

Pandemi sempat membuat toko-toko fisik seakan-akan jadi peninggalan zaman. E-commerce merajalela, saham retailer online melambung tinggi. Namun, seperti drama klasik yang penuh plot twist, kisah tak berhenti di situ.

Begitu pandemi mereda, konsumen UK kembali merindukan kehangatan dan kegembiraan berbelanja langsung di toko. Online shopping yang sempat jadi bintang, kini harus berbagi panggung dengan in-store shopping.

E-commerce memang telah mengubah cara kita berbelanja. Pilihan yang lebih luas, pemasaran digital yang canggih, pengiriman cepat—semua itu menjadi standar baru dalam retail. Namun, saat toko fisik kembali membuka pintunya, cerita berubah. Konsumen ingin lebih dari sekedar klik dan beli. Mereka ingin merasakan, mencoba, dan berinteraksi langsung dengan produk.

Generasi Z dan milenial, yang dikira akan menjadi pionir belanja online, ternyata juga menikmati pengalaman berbelanja di toko. Mereka menggunakan smartphone untuk membandingkan harga sambil berjalan-jalan di mall. Siapa bilang toko fisik sudah ketinggalan zaman?

Online atau offline, pertanyaannya bukan lagi tentang siapa yang lebih baik, tapi bagaimana keduanya bisa berdampingan dalam harmoni. Ini bukan lagi era 'online vs offline', melainkan era 'online dan offline'. Dalam dunia yang penuh kejutan, perilaku konsumen terus bergerak dinamis, menari mengikuti irama zaman yang tak pernah berhenti berubah.

REFERENSI
Onita, L. (2024). How online shoppers fell back in love with the high street. FT.Com, https://www.proquest.com/trade-journals/how-online-shoppers-fell-back-love-with-high/docview/2912213228/se-2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)