Berbicara soal digital marketing dan social media, maka tidak lepas dari nama besar Facebook. Platform yang pertama kali muncul di Amerika Serikat tahun 2002 itu sejatinya memiliki populasi terbesar di Indonesia. Country Head Facebook Indonesia Anand Tilak menyebutkan, “Jika kita amati bersama, pengguna internet di Indonesia cenderung banyak menghabiskan waktu dengan social media.”
Country Head Facebook Indonesia Anand Tilak
Menurut Anand, netizen di Indonesia sedikitnya menghabiskan waktu hampir 181 menit mengakses social media dengan smartphone, dan banyak di antaranya multiscreen. Melihat fenomena ini, Facebook melihat bahwa digital mobile adalah sebuah discovery dan discovery adalah awareness. “Maksudnya adalah brand bisa masuk ke dalam lingkup tersebut untuk menyampaikan informasi kepada publik,” sebutnya.
Karakter pengguna social media di Indonesia yang heterogen, ungkap Anand, bagi Facebook merupakan keunggulan sendiri. Lantaran, netizen di Indonesia tidak mengikuti tren, tapi netizen Indonesia justru menciptakan tren. “Hal itu baik untuk dapat mengukur seberapa besar relevansi brand untuk menyampaikan pesan agar sesuai dengan target pengguna yang ingin dicapai.”
Melirik ke belakang apa yang terjadi di Indonesia, terutama terkait dengan tren di social media, bisa dilihat ketika beberapa waktu lalu terkait Pemilihan Umum (Pemilu). Kala itu tergambar tingkat pembicaraan growth selama pemilu terjadi dan jutaan orang saling berinteraksi soal Pemilu di social media. Diungkapkan Anand, bila dilihat lebih dalam lagi bahwa sekitar dua pertiganya berada di segmen usia kurang dari 34 tahun.
Memasuki tahun 2015, tren di digital media fokus pada netizen. Disebutkan Anand, ada tiga tren penting di digital Indonesia. Tren yang pertama adalah munculnya istilah FOBO (Fear of Being Offline) and Deepening Mobile Engagement, maksudnya adalah ketakutan untuk disconnected. Sebab, berdasarkan riset Milward Brown, sebanyak 69 persen anak muda di Indonesia lebih tertarik menggunakan Mobile Devices (Smartphone dan Tablet) dibandingkan mendapatkan informasi dari TV.
Tren kedua adalah Multi Screen, sekitar 40 persen secara simultan netizen melihat content yang sama, namun dengan devices yang berbeda. Namun sekitar 60% secara simultan, Netizen melihat konten yang tidak relevan. Hal ini bagi brand penting untuk disadari bahwa multi screen digunakan oleh netizen dan brand perlu juga untuk multiplatform.
Tren yang ketiga adalah Real Identity. "Kita harus memperlihatkan identitas kita yang sebenarnya, karena dengan begitu brand bisa dapat secara relevan dan tepat mengirimkan informasi dengan baik kepada pelanggan. Paling baik adalah jika brand punya akun social media dan dijalankan secara organic selayaknya milik pribadi, agar engaged dan viralnya terasa oleh netizen,” pungkas Anand.
1 thought on “Trend Digital Marketing Tahun 2015: FOBO, Multi Screen, dan Real Identity”