Program kedua, Japfa juga akan aktif terlibat dalam dialog gizi melalui kehadiran di berbagai konferensi yang membicarakan isu gizi. "Kami juga akan melakukan pendekatan ke media dan menggunakan social media untuk mengkampanyekan isu gizi kepada remaja putri," jelas Andi, di sela-sela perkenalan Duta Gizi Japfa Foundation, hari ini (5/12), di Jakarta.
Ditambahkan Maria Harfanti, "Saya juga akan menggunakan akun social media saya di facebook, Instagram, dan Twitter untuk mengkomunikasikan setiap program edukasi gizi kepada remaja putri di seluruh Indonesia. Tak hanya dalam format foto, saya juga akan menampilkannya lewat format video agar menarik minat para remaja putri."
Program ketiga adalah network development. Dituturkan Andi, Japfa Foundation akan membawa isu pengembangan gizi hingga ke mancanegara. Oleh karena itu, Japfa Foundation akan melakukan international tour untuk menyampaikan kondisi gizi di Indonesia, termasuk berkolaborasi dengan jejaring di sana yang mengusung misi serupa.
Sementara itu, Ahmad Syafiq, Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM Universitas Indonesia, mengatakan bahwa tingkat gizi seimbang di segmen remaja putri di Indonesia memang masih rendah. "Salah satu hal yang mempengaruhi remaja dalam memiliki makanan yang mereka konsumsi adalah peers atau teman mereka. Artinya, pilihan mereka bukan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi mereka. Oleh karena itu, buat remaja, kemasan makanan sangat menentukan. Pendeknya, bagi remaja, social value menjadi lebih penting dibandingkan nutrition value," tandasnya.
Diungkapkan Ahmad, masing-masing daerah punya karakter yang berbeda. Oleh karena itu, komunikasi terkait edukasi gizi harus dirancang secara custom sesuai karakter masing-masing daerah. "Ini yang harus dipikirkan betul oleh Japfa Foundation dalam melakukan kampanye edukasi gizi ke remaja putri di berbagai daerah," sarannya.