Selama presentasi peserta PR of the Year 2025, tim PR memamerkan inovasi komunikasi internal dialogis yang mengedepankan mutuality dan openness berkelanjutan, proaktif menumbuhkan kepercayaan, dan mengubah karyawan menjadi duta perubahan.
.
.
Di balik ruang zoom penjurian PR of The Year 2025 beberapa waktu lalu, terungkap satu kisah transformasi terdalam: bagaimana sebuah tim PR menanamkan semangat dialog sejati dalam jalinan komunikasi internal.
Itu sekaligus membuktikan bahwa teori dialogis bukan sekadar konsep, tetapi telah menjadi nafas yang menumbuhkan kepercayaan dan keterlibatan.
Saat giliran presentasi tiba, seorang juri membuka dengan nada menantang, “Ceritakan pada kami bagaimana Anda menegakkan prinsip mutualitas—melihat karyawan sebagai rekan sejajar. Bukan sekadar sebagai audiens pasif?”
Seorang wakil tim peserta menjawab mantap, “Di awal tahun, kami merancang ‘Ruang Kolaborasi Mingguan’: pertemuan lintas divisi tanpa hierarki, di mana setiap usulan, sekecil apa pun, diwajibkan mendapatkan tanggapan tertulis dari manajemen dalam 24 jam.”
Dengan begitu, tradisi ini bukan hanya mendengar suara karyawan, tetapi benar-benar bekerja bersama mereka untuk merumuskan solusi (Kent & Taylor, 2002; Yang et al., 2015).
Salah satu juri, terkesan, beralih, “Bagaimana Anda mengatasi risiko konflik—apakah tak ada kekhawatiran dialog menjadi ajang adu argumen?”
Tim itu pun menegaskan, “Kami memperkenalkan ‘Kesepakatan Empati’ di setiap sesi: sebelum diskusi, setiap peserta menuliskan harapan dan kekhawatirannya secara anonim.
Dalam kegiatan itu, kata wakil peserta, tim fasilitator terlatih membaca dan menyampaikan isi anonim tersebut, memastikan setiap suara direspons dengan penuh empati. Ini menegakkan prinsip openness —- keterbukaan dan keaslian.
Kenapa, itu karena dialog seperti yang mereka lakukan itu lebih didasarkan pada kejujuran tanpa topeng (Chen et al., 2020; Lee, 2022).
Di bagian lain, seorang juri pensaran dengan data...
