PR HEBAT 2025: SELALU PEDULI SUARA KARYAWAN

Di bagian lain, seorang juri pensaran dengan data yang ditampilkan peserta. “Data survei yang Anda tampilkan terkait engagement terakhir menunjukkan peningkatan trust score hingga 30%. Apa rahasianya?”

Merespons, analis data peserta berkata, “Responden mengaku bahwa mereka merasakan komitmen manajemen bukan hanya lewat kata, tetapi aksi nyata: laporan hasil dialog kami terbit terbuka di intranet, lengkap dengan rencana tindak lanjut, mencerminkan komitmen (commitment) pada setiap kata yang diucapkan”

Lalu, kamera zoom menyorot satu juri yang mengajukan pertanyaan terakhir, “Seberapa dalam dialog ini menjiwai budaya sehari-hari?”

Sang wakil peserta tersenyum, “Setiap Jumat sore, bukan hanya laporan KPI yang dipantau, tetapi juga ‘Pulse Check’ singkat. Ini termasuk suara karyawan terekam lewat chatbot internal yang kami sebut ‘Suara Kita’.

Di situlah kami mengukur mood real time, mengidentifikasi tantangan baru, dan merancang acara ‘Obrolan Santai’ setiap bulan yang dipandu langsung oleh CEO.”

Ini menggambarkan bahwa ketika pucuk pimpinan turun sejajar ke meja karyawan, itulah propinquity —kedekatan— yang mencairkan sekat jabatan dan menumbuhkan kehangatan dialog. (Yang et al., 2015).

Di balik momen itu ada kisah tentang betapa vitalnya komunikasi internal dalam menumbuhkan kultur kolaborasi. Ada peserta yang bercerita, di perusahaannya setiap karyawan, mulai dari staf baru hingga manajer senior, diberi ruang untuk menyuarakan ide, pertanyaan, bahkan keraguannya.

Tujuannya adalah membangun kepercayaan yang kokoh.

Komunikasi mereka bukan sekadar monolog manajemen yang “menurunkan” keputusan, melainkan dialog interaktif di mana masukan semua pihak diolah sebagai bahan bakar inovasi.

Empati membuka pintu: sebelum diskusi dimulai, setiap orang diajak memahami sudut pandang rekan lain. Keterbukaan membangun ikatan: hasil rapat dan rencana tindak lanjut dipublikasikan secara transparan—tak ada lagi rahasia belakang layar.

Keterlibatan memupuk rasa memiliki: setiap ide, sekecil apa pun, dimaknai sebagai kontribusi berharga yang layak diapresiasi. Inilah fondasi mutuality—prinsip di mana hubungan antara individu bukan sekadar hirarki, melainkan kemitraan sejajar.

Hasilnyapun terasa nyata. Dengan komunikasi yang mengalir dua arah, tim mampu menyelesaikan tantangan kompleks lebih cepat, melahirkan kampanye kreatif yang otentik, dan menjaga semangat kerja tetap membara.

Karyawan berubah menjadi duta perubahan. Bukan karena terpaksa, tetapi karena mereka benar‐benar merasa didengar dan diperlakukan sebagai bagian tak terpisahkan dari visi bersama.

Belajar dari fenomena ini, kelihatan jelas bahwa praktik komunikasi internal dialogis berhasil menautkan teori dan tindakan. Mutuality menandingi hierarki, openness mengikis jarak formal, empati meredam risiko konfrontasi, propinquity menciptakan keintiman, dan commitment memastikan janji diukir nyata.

Inilah tradisi inovatif nan menginspirasi yang dijalankan oleh para peserta PR of The Year 2025: sebuah praktik di mana setiap suara dihargai, setiap aspirasi dirangkul, dan setiap karyawan menjelma menjadi duta perubahan sejati.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)