Di pekarangan gudang digital, program kedua menyentuh para pekerja lapangan yang sering terisolasi dari pusat informasi.
Melalui saluran WhatsApp dan siaran cetak di area istirahat, tim ini menyiarkan rubrik harian berisi kisah karyawan teladan, pengingat keselamatan, dan nilai inti organisasi.
Seorang AMT—awak pengangkut tangki—mengangguk saat bercerita, “Meskipun kami berjauhan, tiap pagi kami membuka WhatsApp untuk ‘highlight of the week’ dan berdiskusi singkat via voice note.”
Seorang juri tersenyum, “Dialog personal seperti ini mengubah informasi menjadi percakapan bermakna.”
Peserta ketiga mengangkat kegiatan keagamaan dan sosial sebagai jantung komunikasi internal.
“Setiap Ramadhan, kami menggelar kuliah virtual dan buka puasa drive-thru—paket hidangan diantar ke rumah karyawan, lalu kita bersua di layar bersama,” jelas koordinator program.
Ia melanjutkan, “Kegiatan sedekah Jumat dan perayaan hari besar keagamaan lainnya kami siarkan live, lengkap dengan sesi tanya jawab dan pengumpulan donasi digital.”
Ketika juri bertanya tentang dampak emosional, fasilitator itu menegaskan, “Rasa kebersamaan tumbuh ketika hati tersentuh, dan inilah pondasi loyalitas jangka panjang.”
Kemudian, program kampanye keselamatan menggema di layar berikutnya. “Kami mendesain poster harian yang diunggah di grup internal,” ujar tim safety, “disertai sesi ‘Safety Talk’ tiap pagi lewat Zoom dengan polling interaktif, agar setiap karyawan merasa dilibatkan.”
Mereka juga mengunjungi keluarga operator melalui kunjungan edukasi ‘Safety Keluarga’, membagikan kartu pengingat, dan menggelar lomba online seputar keselamatan.
Seorang juri menyorot grafik capaian: tingkat kesadaran naik dari 38 persen menjadi 78 persen hanya dalam beberapa bulan.
“Transformasi budaya yang impresif,” puji sang hakim....