Presentasi peserta PR of The Year 2025 membongkar cara lama. Kini, PR internal bukan sekadar bicara—tetapi membangun budaya, memicu inovasi, dan memperjuangkan makna kerja.
.

.
Dalam dunia organisasi yang terus berubah, Public Relations internal tidak lagi sekadar menyampaikan kabar dari atas ke bawah. Ia telah menjelma menjadi jantung budaya perusahaan, denyut yang mengalirkan semangat, arah, dan nilai kepada setiap karyawan.
Perubahan ini terasa nyata dalam semangat para finalis PR of The Year 2025. Dari pemaparan tentang kegiatan PR yang mereka lakukan, kelihatan sekali bahwa mereka bukan hanya memikirkan cara berbicara kepada karyawan. Mereka juga memikirkan tentang bagaimana berbicara bersama mereka.
"Dulu, kami berpikir komunikasi cukup dengan mengirim email," ujar seorang manajer komunikasi internal dari salah satu peserta. "Sekarang, kami sadar, komunikasi yang tidak menyentuh hati, hanya akan berhenti di layar."
Inilah semangat baru dari PR internal: membangun ikatan, bukan sekadar menyampaikan pesan. Di satu perusahaan, ada Direktur Utama yang membuka sesi “Presdir Corner”, tempat ia duduk bersila bersama karyawan dari berbagai divisi.
Dalam paparan peserta, dari foto kegiatan yang mereka tampilkan terlihat suasana santai. Disitu sang Dirut berkata kepada para stafnya:
“Saya ingin tahu, apa yang kalian rasakan di lapangan. Bukan hanya hasil kerja, tapi juga beban pikiran kalian.”
Seorang karyawan muda yang hadir dalam sesi itu mengaku, "Saya kaget, ternyata suara kami benar-benar didengar. Sejak itu, saya merasa bukan hanya bekerja, tapi berkontribusi.”
PR internal yang efektif menciptakan rasa memiliki—sebuah emosi langka di banyak tempat kerja modern.
Di satu organisasi yang bergerak di bidang pertambangan, kampanye keselamatan "#SayaBerbudayaSafety" bukan hanya slogan. Ketika istri-istri operator dilibatkan dalam edukasi keselamatan, maknanya menjadi jauh lebih dalam.
Ada foto yang memperlihatkan seorang operator berkata sambil...