Ketertarikan Agus Dwinanto Budiaji terhadap potensi bisnis PT Kereta Api Indonesia (KAI), memantapkan langkahnya untuk berkarir di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu. Selama dua tahun menempati posisi Manajer Promosi dan Komunikasi Pemasaran, ia mengaku sangat tertantang karena PT KAI sedang fokus mengembangkan bisnis pemasaran dan sekaligus membangun awarenesss.
Agus Dwinanto Budiaji, Manajer Promosi dan Komunikasi Pemasaran PT KAI
“KAI, bisa dibilang merupakan salah satu BUMN yang strategis dan memiliki potensi bisnis yang besar. Sejak rebranding di tahun 2009, orientasi kami memang bisnis. Dan mulai tahun 2012, KAI membentuk divisi Markom secara khusus, sebagai upaya mengembangkan pemasaran dan awareness kereta api,” ungkap pria yang akrab disapa Boby itu.
Perjalanan karir Boby selama enam tahun di PT KAI cukup 'berwarna'. Sebelum menempati posisi di divisi Manajer Promosi dan Komunikasi Pemasaran, Boby sempat ditempatkan di kantor pusat di Jakarta untuk meng-handle kereta angkutan barang. Tak lama, ia dipindahkan ke kantor daerah operasi di Bandung di bagian kereta angkutan penumpang, dan di tahun 2009 ia kembali ditarik ke kantor pusat di Jakarta dan ditempatkan di divisi Markom.
Lulusan Ekonomi Manajemen di Universitas Gadjah Mada ini sempat berkarir di bidang perbankan di HSBC, Jogjakarta. Tak lama ia pun memutuskan resign dan men-challenge dirinya menjadi seorang enterpreneur dengan membuka usaha advertising bersama teman-temannya. Namun, sejak tahun 2006, Boby mengaku tidak melanjutkan usahanya lagi, dan lebih fokus meniti karirnya di PT KAI.
“Setelah saya ditempatkan di divisi Markom, saya bersama dengan tim terus berusaha meningkatkan brand awareness produk-produk PT KAI, termasuk memaksimalkan fungsi aset-aset kami. Kami mencoba mendekati para pelaku bisnis dan meyakinkan mereka kalau KAI juga punya pusat bisnis, salah satunya placement. Dari situ, saya ingin membuktikan bahwa selain menyediakan layanan transportasi massa, kereta api juga bisa menjadi alternatif bisnis dan sarana placement yang menguntungkan bagi pebisnis,” tutur pria kelahiran Jakarta, tiga puluh tahun silam itu.