Fanny Kurniati, “Bejo” di Balik Kerja Keras

Seperti filosofi merek Bintang Toedjoe Masuk Angin (BTMA) yang ditanganinya sekarang, Fanny Kurniati juga punya keyakinan bahwa laju karirnya juga mengandung unsur “bejo” yang merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa. “Setelah berusaha melakukan yang terbaik, semua hasilnya saya serahkan kepada Yang di Atas. Inilah arti bejo,” tuturnya renyah.

Fanny Kurniati,
Senior Brand Manager di PT Bintang Toedjoe

Sebagai Senior Brand Manager di PT Bintang Toedjoe, wanita asal Magelang ini bertanggungjawab atas kelangsungan hidup beberapa merek. Selain BTMA, ia juga diberi mandat untuk menumbuhkembangkan Bintang Toedjoe (BT) Waisan (obat maag), BT Puyer 16, BT nomor 14 (flu dan pilek), dan BT Turun Panas Anak.

Lima tahun bergabung dengan PT BT, Fanny berharap merek-merek yang tengah ditanganinya bisa mendapatkan posisi yang lebih baik. BTMA yang baru diluncurkan setengah tahun terakhir misalnya, diharapkan bisa mendapatkan posisi minimal terhormat menyusul Tolak Angin (Produksi PT Sido Muncul) dan Antangin (Deltomed).

Karir Fanny Kurniati sebagai marketer dimulai setelah lulus dari Magister Prasetiya Mulya Business School. Dari sekolah bisnis tersebut pula ia dilempangkan karirnya menuju PT HM Sampoerna melalui proses rekrutmen kampus. Pengalaman riil selama beberapa tahun di perusahaan rokok terkemuka itu memberikan pelajaran yang sangat berharga. Timnya bahkan berhasil mengibarkan merek A-Mild sebagai pioneer di kategori baru slim cigarettes.

“Pokoknya dari tidak diakui dan dianggap sebagai rokok banci A Mild berhasil kita naikkan melalui kampanye “How Low Can You Go” dan edukasi terus menerus kepada konsumen muda,” kisahnya.

Tahun 2005 ketika Sampoerna diambil alih oleh pemodal asing Philip Moris, Fanny ‘bedol desa’ bersama beberapa teman profesi seangkatannya, antara lain Ryan Alfons Kaloh. Tak tanggung-tanggung, mereka pindah ke PT Bentoel Prima dan memegang Starmild, kompetitor utama A Mild. Cuma setahun Fanny di sana, namun di tangan mereka Star Mild sempat berhasil menyalip posisi A Mild pada urutan teratas.

Lepas dari Bentoel, Fanny ditarik masuk Top One bersama empat sekawan setianya. Bersama tiga teman setianya – Ekayani Go, IGN Ari Kamasan dan tentu saja Ryan Kaloh- mereka bekerja keras membangun merek oli yang masih bayi. Dengan konsep dan strategi pemasaran yang unik, berbeda dan melawan arus, merek asal Amerika itu akhirnya mampu merebut 20% pangsa pasar pelumas sepeda motor di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)