Di dunia pendidikan, pamor Indra Charismiadji tercatat sangat cemerlang. Selain dikenal sebagai pengamat sekaligus praktisi pendidikan berbasis Pembelajaran Abad 21, Indra juga dinilai sukses mengembangkan bisnis Eduspec di Indonesia. Eduspec merupakan bagian dari Eduspec International yang beroperasi di Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, dan Tiongkok.
Dipercaya memimpin Eduspec Indonesia dengan posisi Direktur Utama, Indra berhasil mempopularkan STEM, sistem pendidikan berbasis Science,Technology, Engineering and Mathematics. "STEM adalah sebuah model pembelajaran yang populer di tingkat dunia yang efektif dalam menerapkan Pembelajaran Tematik Integratif karena menggabungkan empat bidang pokok dalam pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan, teknologi, matematika, dan enjinering," jelasnya.
Metode STEM, dipaparkan Indra, mengajak siswa untuk mengintegrasikan mata pelajaran dan mengkorelasikannya dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran melibatkan tujuh keahlian utama bagi siswa abad 21, yaitu, kolaborasi, kreatif, berfikir kritis, komputerisasi, pemahaman budaya, dan mandiri dalam belajar serta berkarir.
"Perkembangan dunia pendidikan sangat cepat, karena itu Indonesia harus menyesuaikan kurikulum agar dapat bersaing di era global. Untuk itu, STEM menjadi sebuah keharusan dalam mempersiapkan anak didik menghadapi dunia nyata yang penuh masalah agar siap dalam persaingan global," lanjutnya.
Demi mensukseskan metode STEM, Eduspec sudah menyiapkan materi kurikulum STEM untuk sekolah-sekolah di Indonesia. Mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah atas merupakan target market yang disasar oleh Eduspec. "Kurikulum tersebut juga mengajarkan anak didik tentang computational thinking. Artinya, bukan sekadar belajar menekan tombol, melainkan belajar memecahkan masalah dengan teknologi, atau berpikir layaknya komputer," katanya.
Istimewanya, dipaparkan Indra, kurikulum itu kelak akan terintegrasi dengan sistem pendidikan e-Sabak (Sistem Aplikasi Belajar Aktif dan Kreatif Elektronik) dalam mengembangkan pendidikan modern yang efektif dan efesien berbasis teknologi. "Indonesia harus menyadari bahwa dunia pendidikan sangat berubah Yang tadinya dengan kertas, kapur, dan buku, kini dengan e-Sabak. Saat ini, respon e-Sabak sangat positif. Sekolah-sekolah di Indonesia, seperti di Jakarta, Nusa Tenggara, hingga Papua telah menggunakan e-Sabak," ungkapnya.
Sukses Indra membangun Eduspec di Indonesia tak lepas dari latar belakang pendidikan dan karir yang dibangunnya sebelum bergabung dengan Eduspec. Ya, usai menamatkan studi S1 dari The University of Toledo, di kota Toledo negara bagian Ohio, Amerika Serikat, dengan gelar ganda di bidang keuangan dan pemasaran, Indra melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Dana University, kota Ottawa Lake, negara bagian Michigan, Amerika Serikat.
Selanjutnya, Indra merenda karir di beberapa perusahaan tingkat dunia di Amerika Serikat. Sebut saja, Merril Lynch, Omnicare, dan Dana Corporation. Pada tahun 2002, Indra memutuskan untuk kembali ke Tanah Air dan berperan aktif dalam mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ia pun memperkenalkan CALL (Computer-Assisted Language Learning) untuk pertama kalinya.
Pengalaman bertahun-tahun di bidang teknologi pendidikan dan jejaring tingkat internasional, akhirnya membuat pemerintah Indonesia--baik di level pusat maupun daerah--menempatkan Indra sebagai konsultan chooses dalam bidang pengembangan Pembelajaran Abad 21.
Tak hanya aktif di karir, Indra juga tercatat aktif dalam organisasi. Antara lain, ia berperan aktif sebagai Dewan Pakar di Asosiasi Guru TIK / KKPI Indonesia (AGTIFINDO), anggota kehormatan dari APACALL (Asia Pacific Association for Computer-Assisted Language Learning), dan anggota dari ISTE (International Society for Technology in Education), dan Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (APKOMINDO).
