EDU MARKETING

Surat LEGO dari tahun 1970-an menunjukkan bagaimana pemasaran bisa mendidik konsumen sambil menginspirasi kreativitas tanpa batas pada anak-anak.

.

.

Surat dari LEGO kepada orang tua pada tahun 1970-an adalah contoh menarik tentang bagaimana pemasaran dapat mengandung elemen edukatif yang kuat. Edukasi pemasaran atau edu marketing adalah strategi di mana perusahaan tidak hanya mempromosikan produk mereka tetapi juga mendidik konsumen tentang nilai dan manfaat produk tersebut.

Dalam surat tersebut, LEGO menyatakan bahwa dorongan untuk berkreasi sama kuatnya pada semua anak, baik laki-laki maupun perempuan. Yang terpenting adalah imajinasi, bukan keterampilan. Mereka mendorong orang tua untuk memberikan bahan yang tepat kepada anak-anak dan membiarkan mereka menciptakan apa yang mereka inginkan, tanpa batasan stereotip gender.

Pada masa itu, mainan lebih banyak terbuat dari bahan-bahan yang solid seperti kayu, plastik, dan logam. Bermain selalu dikaitkan dengan aktivitas fisik dan kreativitas tangan, di mana anak-anak menciptakan dunia mereka sendiri melalui mainan konstruksi.

Imajinasi individu dan kolektif menjadi narasi utama dalam permainan mereka. Namun, dengan perkembangan teknologi, cara bermain anak-anak telah berubah secara drastis. Bermain sekarang lebih banyak terkait dengan aktivitas mental melalui perangkat digital seperti komputer dan konsol game.

Hjarvard menggambarkan proses ini sebagai "mediatisasi", di mana media menjadi elemen inti dalam transformasi sosial, ekonomi, dan budaya saat ini. Sebagai contoh, Lego Fusion yang diperkenalkan pada tahun 2014 memungkinkan anak-anak untuk membangun di dunia nyata dan bermain di dunia virtual, menggabungkan elemen fisik dan digital.

Pengguna dapat memotret kreasi mereka melalui aplikasi dan mengunggahnya ke ruang virtual, di mana kreasi tersebut tetap ada setelah mainan dipecah untuk membuat sesuatu yang baru. Ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat memperkaya pengalaman bermain dengan memungkinkan anak-anak untuk berkreasi tanpa batasan fisik.

Namun, ada sisi gelap dari mediatisasi ini. Lego hampir bangkrut pada tahun 2003 karena terlalu fokus pada inovasi digital dan kit yang kompleks, yang akhirnya mengumpulkan debu di rak setelah dirakit.

Mereka berhasil bangkit dengan kembali ke dasar, yaitu balok klasik yang memungkinkan kreativitas tanpa batas. Ini menunjukkan bahwa terlalu banyak rasionalisasi dan standar dapat menghilangkan pesona dan keajaiban dari pengalaman bermain.

Kritik serupa dapat diarahkan pada kebijakan pendidikan. Fokus yang berlebihan pada standar, tolok ukur, dan evaluasi telah mengubah pendidikan menjadi proses yang terlalu terstruktur dan mekanis.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)