Banyuwangi, Bintang Baru Destinasi Wisata Indonesia

Aplikasi “Banyuwangi in Your Hand” di smartphone

Banyuwangi menjadi salah satu destinasi wisata unggulan yang mampu menyaingi Bali, Yogyakarta, Bandung, dan kota lain di Indonesia. Padahal, pada awal tahun 2000-an, tingkat awareness kota “Sunrise of Java” ini relatif rendah. Bagaimana pemerintah kabupaten setempat sukses memasarkan Banyuwangi?

Ditulis Oleh: W. Setiawan

Banyuwangi memiliki banyak obyek wisata. Dari keindahan alam hingga kekayaan budaya masyarakat setempat. Sebut saja Pantai Pulau Merah, Pantai Watu Dodol, Kawah Ijen, Air Terjun Kalibendo, dan Taman Nasional Baluran, menyuguhkan panorama pantai dan alam yang sungguh mempesona. Sedangkan kekayaan sosial masyarakat yang masih terjaga secara turun temurun dan menjadi daya tarik wisata diantaranya Desa Kemiren untuk wisata budaya. Ada pula situs peninggalan purbakala untuk wisata religi seperti makam Datuk Malik Ibrahim, Taman Perdamaian Dunia Watu Gedhek, Candi Alas Purwo, Klenteng Hoo Tong Bio, serta Pura Luhur Giri Saloka.

Semua itu adalah potensi untuk menggaet wisatawan. Namun, potensi tersebut tidak akan berarti apa-apa jika tidak “dipasarkan” hingga dikenal para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara (wisman). Hal inlah yang senantiasa diedukasi pemkab kepada kepada seluruh jajaran aparat daerah yang tergabung dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mencetak mindset promo wisata.

Oleh sebab itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Banyuwangi sejak beberapa tahun belakangan mengajak para SKPD gencar mempromosikan potensi wisata daerah. “Semua birokrasi adalah sales dalam memasarkan pariwisata daerah. Banyuwangi adalah sebuah produk yang harus dipasarkan potensi wisatanya,” ujar Kadisbudpar Yanuarto Bramuda.

Awalnya, promosi dilakukan melalui website https://www.banyuwangikab.go.id, didukung website lain seperti https://www.banyuwangitourism.com , serta akun sosial media Facebook, Instagram, dan Twitter. Kemudian promosi dikembangkan dengan cara meluncurkan aplikasi “Banyuwangi in Your Hand” di smartphone.

Menurut Bramuda, “Banyuwangi in Your Hand” merupakan aplikasi augmented reality yang akan memberikan pengalaman digital (digital experience) kepada setiap penggunanya. Pengguna aplikasi ini, dengan mudah bisa mendapatkan berbagai informasi destinasi wisata, maupun industri kreatif di Banyuwangi dalam format digital, hanya dengan melakukan scan atau “search” melalui direktori aplikasi.

Strategi promosi tak hanya itu. Pihaknya mengumpulkan ratusan socialmediainfluencer setempat untuk menyatukan visi sehingga memiliki satu tujuan besar untuk kemajuan pariwisata daerah. Termasuk pula melibatkan peran warga melalui Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Uniknya, program-program promosi tersebut dilakukan secara sinergi oleh Disbudpar dan influencer promosi via website, pengelola media sosial dan aplikasi “Banyuwangi in Your Hand”; perangkat desa yang berpromosi kepada warganya untuk mengajak berpartisipasi dalam projek wisata; Dinas Kebersihan menjaga kebersihan venue; Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyediakan booth dan kelengkapannya, dibantu para SKPD.

Dengan cara bersinergi dan “bergotong royong”, seluruh program berjalan efektif. Brand Banyuwangi semakin dikenal lantaran promo dilakukan banyak pihak. Penyelenggaraan event wisata pun relatif sukses karena diselenggarakan secara bersama-sama (lintas sektoral). Tidak ketinggalan Pemkab mengembangkan infrastruktur dan spotspot yang menarik seperti pembangunan bandara berkonsep hijau, pembangunan Grand Watudodol dan rumah apung di kawasan Bangsring, serta pembangunan dermaga kapal pesiar di Pantai Boom. Pemkab juga terus mengembangkan berbagai potensi wisata baru (new destination) agar wisatawan tidak pernah kehabisan obyek wisata saat meng-explore “Sunrise of Java.”

Event (attraction) menjadi ujung tombak menggaet wisatawan. Banyuwangi boleh berbangga karena menjadi salah kota yang memiliki event terpadat. Sepanjang tahun 2018 misalnya, Banyuwangi menyelenggarakan 77 acara festival dan karnaval. Dari semuanya, ada tiga acara yang dipilih Kementerian Pariwisata untuk masuk menjadi 100 acara unggulan, di Calender of Event Wonderful Indonesia (CoE WI) 2018, yakni Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), sebuah event karnaval busana yang digelar pada Juli 2018 lalu, menghadirkan seratus penari gandrung dan parade ratusan peserta dengan menggenakan kostum unik. Kemudian, event

International Tour de Banyuwangi Ijen (ItdBI) pada 23-26 September, dan Festival Gandrung Sewu yang menyajikan tari kolosal yang digelar pada Oktober 2018. Festival Gandrung Sewu ini masuk ke dalam 100 Calendar of Event Nasional 2019.

Menurut Bramuda, memasarkan wisata Banyuwangi perlu dikemas lewat event wisata seperti Banyuwangi Festival, yakni ajang festival berbasis wisata alam, budaya, dan olahraga. Banyuwangi Festival pertama digelar pada 2012. Event ini bertujuan untuk memperkenalkan potensi lokal kepada publik luar sekaligus menarik kunjungan wisatawan.

Kiprah dan komitmen pemkab bersama seluruh elemen untuk memasarkan potensi wisata melalui serangkaian aktivitas mulai promo hingga attraction mampu mendongkrak jumlah wisatawan ke daerah ini. Jika pada 2009-2010, jumlah kunjungan wisatawan domestik hanya 500 ribu orang, maka pada 2017-2018 jumlahnya meningkat hampir 10 kali lipat menjadi 4,9 juta wisatawan.

Berbagai upaya dan program pengembangan pariwisata di Banyuwangi ini juga berhasil meningkatkan jumlah wisatawan dari mancanegara (wisman). Kalau dulu tercatat rata-rata hanya sekitar 5 ribu wisman yang datang, maka saat ini rata-rata kunjungan wisman mencapai 100 ribu per tahun. Dulu penumpang di kedatangan Bandara Banyuwangi hanya sebanyak tiga kali flight dan hanya 9 seat. Tapi sekarang ada sembilan flight dalam sehari, dan ke depan akan terus berusaha ditambah. Data dari Angkasa Pura menyebutkan bahwa saat ini rata-rata 1.200 orang per hari datang ke Banyuwangi.

Untuk menggaet wisman asal Amerika Serikat, pada medio 2018 lalu delegasi wisata Banyuwangi bertemu pelaku pariwisata setempat yang difasilitasi Kementerian Luar Negeri. Beragam destinasi wisata Banyuwangi dipresentasikan seperti Kawah Ijen yang mempunyai fenomena alam api biru (blue flame), G-Land yang merupakan salah satu pantai dengan ombak terbaik di dunia untuk selancar, Pulau Tabuhan untuk destinasi selancar layang dan angin, dan sejumlah resor unggulan wisata Banyuwangi.

Untuk memudahkan wisatawan yang belum mengenal Banyuwangi, pihaknya membidik Pulau Bali untuk memasarkan wisata Banyuwangi. Menurut Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, kedekatan dengan Bali adalah keunggulan. Targetnya adalah menggaet 7% wisman di Bali untuk datang pula ke Banyuwangi. “Setahun ada sekitar 4 juta wisman ke Bali, kalau 7% -nya saja, berarti 280.000 wisman ke Banyuwangi. Kita targetkan itu tercapai 2021, posisi kini 100.000 wisman per tahun ke Banyuwangi. Tentu ada pula yang ke Banyuwangi tanpa lewat Bali,” ujarnya belum lama ini.

Lebih jauh, sukses menggarap sektor pariwisata di lingkup domestik akhirnya mengantarkan Kabupaten Banyuwangi meraih prestasi di lingkup internasional, yakni berhasil meraih penghargaan UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola di ajang 12th UNWTO Awards Forum yang digelar di Madrid, Spanyol tahun 2016 lalu.

Terkait anggaran untuk investasi di bidang pariwisata, Banyuwangi termasuk yang paling berhasil. Misalnya, pada 2017 lalu, anggaran promosi pariwisata Banyuwangi sebesar Rp17 miliar dan menghasilkan return of investmen (ROI) hingga Rp7,7 triliun atau menyumbangkan Product Domestic Regional Bruto (PDRB) hingga 10,65%. *

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *