Dari Corporate Social Responsibility ke Corporate Social Innovation

Kenapa perusahaan harus kreatif dan berinovasi dalam ber-CSR?
Hari-hari ini bila perusahaan berpikir bahwa CSR hanya tentang mengelola reputasi perusahaan model itu sudah usang.

Tahun 2009 P&G melaukan turn around untuk menumbuhkan
bisnisnya di Brasil. Para petinggi P&G  
meminta karyawannya yang bertugas di Brazil untuk tinggal dan mengamati
rumah tangga berpenghasilan rendah. Kenapa rumah tangga berenghasilan rendah,
itu karena pasar tersebut selama itu belum digarap P&G di Brasil.

Wawasan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman ini
membuat P&G menciptakan produk baru dan memodifikasi produk lamanya,
seperti deterjen sehingga harga dan produknya terjangkau, ramah lingkungan dan
ramah tangan bagi mereka yang tidak memiliki mesin cuci dan mencuci pakaian
dengan tangan.

Gagasan ini menyebar ke negara lain dan menjadi acuan P&G ketika memperkenalkan detergen Tide Basic di AS. Karyawan P&G menghubungkan keberhasilan ini dengan kebutuhan untuk memenuhi tujuan perusahaan dalam menciptakan produk yang mampu meningkatkan kehidupan konsumen di dunia.

Ini yang kemudian memotivasi mereka untuk melihat bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam meningkatkan kehidupan konsumen berpendapatan rendah di negara mereka.

Ada semakin banyak bukti dan contoh tentang bagaimana
investasi sosial dan lingkungan dapat “membayar” tanggung jawab sosial
perusahaan dan komersial. IBM misalnya, 
membuka pasar baru dengan memberdayakan usaha kecil dan menengah. Mereka
bersama Bank Dunia dan bank mitra mengembangkan Toolkit Enterprise (SME) di
seluruh dunia, dan sebagainya.

Dalam beberapa tahun terakhir, korporasi didorong untuk
berubah. Tekanan internal dan eksternal perusahaan saat ini semakin tinggi dan
kecepatan perubahannya juga semakin tinggi, berbeda dengan sebelum-sebelumnya.

Perusahaan semakin banyak mendapat tekanan dan dari berbagai
arah. Selama dekade terakhir, bisnis telah mengalami lingkungan yang
berfluktuasi hebat yang ditandai oleh gangguan ekonomi, pergolakan politik,
kegagalan lembaga keuangan, hilangnya kepercayaan yang tajam, dan celah yang
semakin lebar pada fondasi kapitalisme.

Selain itu, kesenjangan pendapatan dan akses yang semakin luas ke perumahan dan perawatan kesehatan; ditambah timbulnya kekurangan air dan "cuaca aneh" dari planet yang menghangatkan.

Belum lagi persoalan semakin tingginya tingkat ketidaksetaraan dan tidak dapat dipertahankan, semakin banyaknya bukti bahwa dampak perubahan iklim akan menghancurkan, hingga kesadaran investor bahwa keuntungan jangka pendek dan jangka panjang keberlanjutan terkadang bertentangan.

Situasi ini bercampur dengan adanya desakan yang tumbuh dari
para aktivis, konsumen, dan sekelompok investor yang menyerukan lebih banyak
transparansi, akuntabilitas, dan respons sosial dan lingkungan dari komunitas
bisnis, dan perusahaan-perusahaan yang telah memasuki dunia baru.

Tanggung jawab sosial perusahaan yang selama ini hanya dilakukan itu-itu saja atau secara tradisonal yang hanya tambal sulam kini tidak lagi cukup. Menurut The Economist, hari-hari ketika CSR hanya tentang mengelola reputasi perusahaan telah lewat.

Pages: 1 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)