Lewin dan timnya menemukan bahwa pendekatan yang paling efektif adalah dengan mengubah norma sosial yang ada, dengan mengajak kelompok sosial untuk terlibat dalam kampanye tersebut.
Kampanye "Meat for Victory" memanfaatkan strategi yang dikembangkan oleh Lewin, yaitu mengubah norma kelompok atau norma sosial untuk mempromosikan perubahan perilaku individu. Melalui kampanye ini, masyarakat AS berhasil meningkatkan konsumsi daging mereka, termasuk jeroan, untuk memenuhi kebutuhan pasukan militer selama perang dunia II.
Dengan demikian, meskipun tidak secara langsung terlibat dalam kampanye "Meat for Victory", kontribusi Lewin dalam bidang psikologi sosial membantu membentuk pendekatan yang efektif dalam kampanye tersebut dan menunjukkan betapa pentingnya perubahan norma sosial dalam mempengaruhi perilaku masyarakat.
Bagaimana strategi kampanye "Meat for Victory" dalam mengubah norma kelompok? Kampanye "Meat for Victory" menggunakan strategi yang efektif untuk mengubah norma kelompok dalam masyarakat. Pertama, menggabungkan kebijakan pemerintah dan promosi publik. Pemerintah memberikan insentif, seperti harga subsidi dan pengurangan pajak, untuk mendorong produsen daging dan pedagang untuk mempromosikan produk daging yang lebih terjangkau. Sementara itu, promosi publik dilakukan melalui iklan dan materi promosi yang mempengaruhi persepsi dan keyakinan masyarakat.
Kedua, mengubah persepsi masyarakat tentang daging dan jeroan. Pada saat itu, daging dan jeroan dianggap kurang populer dan sering diabaikan oleh konsumen. Kampanye ini menempatkan daging dan jeroan sebagai bagian penting dari diet yang sehat dan diperlukan untuk kesehatan dan kekuatan fisik.
Ketiga, melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan pemimpin opini. Kampanye ini menargetkan kelompok-kelompok tertentu, seperti keluarga, ibu rumah tangga, sekolah, gereja, dan organisasi sosial, dan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat terkemuka dan pemimpin opini dalam kampanye. Mereka diharapkan bisa menjadi contoh yang baik dan mempengaruhi masyarakat luas.
Keempat, mendorong kolaborasi dan partisipasi kelompok. Kampanye ini juga mendorong kolaborasi dan partisipasi kelompok dalam kampanye. Hal ini dilakukan dengan mengajak kelompok-kelompok sosial untuk terlibat dalam kampanye, seperti klub-klub tani, organisasi sosial, dan kelompok-kelompok masyarakat lokal. Dengan cara ini, kampanye berhasil membangun solidaritas dan semangat persatuan yang kuat di antara masyarakat.
Dengan strategi-strategi ini, kampanye "Meat for Victory" berhasil mencapai tujuannya untuk mengubah norma kelompok dan meningkatkan konsumsi daging dan jeroan di masyarakat. Kampanye ini menunjukkan pentingnya peran norma sosial dalam mempengaruhi perilaku masyarakat dan menjadi contoh sukses dalam memanfaatkan konsep psikologi sosial untuk tujuan sosial dan politik.
Lewin melihat pentingnya melibatkan orang-orang yang terkena dampak masalah dalam menentukan solusi, dan bahwa penelitian harus digabungkan dengan tindakan untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam kaitan dengan kampanye jeron, sebelum Menyusun strategi komunikasinya, Lewin dan kawan-kawan melakukan riset aksi dengan menggunakan satu kelompok percobaan, yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga
Untuk keperluan riset itu, Lewin menyediakan resep menu hati sapi, roti manis, dan potongan daging ginjal yang tidak sering disajikan. Dibantu oleh salah satu muridnya, Bavelas, Lewin menyiapkan dua kondisi eksperimental - kondisi kuliah dan kondisi keputusan kelompok. Masing-masing terdiri dari tiga kelompok.
Pada ketiga kelompok dalam kondisi -- sebut saja suasana perkuliahan, karena informasi disampaikan dengan model seperti orang kuliah dengan presentasi lisan – dijelaskan soal gizi, ekonomi, dan metode penyiapan potongan daging jeroan yang tidak disukai itu. Resepnya dibagikan dalam bentuk stensilan.
Pada ketiga kelompok lainnya, yakni pada kelompok dimana...
