PR itu Memanipulasi atau Menginspirasi?

Taktik public relations (PR) yang utama adalah persuasi, bukan manipulasi. Persuasi itu berbeda dengan manipulasi. Menurut Simon Siner, penulis buku Start With Why, ada dua cara bila seseorang ingin mempengaruhi perilaku orang lian: Memanipulasi atau menginspirasinya.

Tugas dan tanggungawab PR adalah menginspirasi. Pada awal pandemi 2020 misalnya, banyak perusahaan yang berempati. Merasa prihatin atas pandemi Covid-19, PT Astra International misalnya, mengajak masyarakat saling membantu sesama untuk memutus rantai penularan melalui gerakan “Semangat Saling Bantu.” Bank DBS Indonesia menggelar kampanye peduli lingkungan Recycle More, Waste Less.

Inspirasi lainnya datang dari Indihome yang menggelar program “Indonesia Keren” untuk mendukung seni dan budaya Indonesia sampai ke level internasional. Goal-nya adalah membawa nama baik Indonesia melalui kreativitas seni dan budaya pada ajang World Expo di Dubai yang diikuti oleh sekitar 190 negara di dunia.

Meski diakui, sangatlah dimungkinkan bila seseorang memanipulasi orang lain agar melakukan sesuatu yang tidak mereka ingin lakukan. Akan tetapi, hal itu tidak akan langgeng karena dalam jangka panjang mereka akan membenci Anda. Dampak berikutnya, kemampuan Anda dalam membujuk seseorang berkurang. Dengan kata lain imbasnya akan menimpa Anda juga.  

Contoh klasik dari hal ini berasal dari teknik penjualan yang terkesan memaksa pelanggan untuk membeli produk atau layanan yang sebenarnya tidak mereka inginkan atau butuhkan. Praktik pemaksaan ini membuat tingkat retensi penjualan dan pelanggan turun drastic, dan sang penjual dicatat dalam pikiran orang-orang pernah berhubungan dengannya dengan reputasi buruk.

Dari bisnis hingga politik, kata Sinek, manipulasi merajalela yang tampil dalam berbagai macam bentuk.  Misalnya, menjual dengan cara menjatuhkan harga sehingga merugikan pihak lain; menggunakan pesan-pesan yang menakut-nakuti atau menakutkan; tekanan dari teman sebaya, atau pesan aspirasional semisal inovasi yang menjanjikan untuk memengaruhi perilaku—baik itu pembelian, pemungutan suara, atau dukungan.

Manipulasi, menurut Sinek, tidak selalu merendahkan. Kenapa? Praktek sangat umum dilakukan dan berulang-ulang. Sebagai contoh, dalam negosiasi atau ketika bertemu dan pamit, seseorang sering mengatakan, "Aku akan menjadi sahabatmu." Itu adalah taktik negosiasi yang sangat efektif.

Hal-hal yang merugikan orang lain itu, idealnya dihindari. Kenapa? Praktek merugikan orang lain itu biasa dilakukan karena mereka tidak memiliki pemahaman yang jelas tentang mengapa pelanggan mereka menjadi pelanggan. Mereka ini cenderung mengedepankan  sejumlah manipulasi yang tidak proporsional untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)